Entrepreneurial Orientation

Entrepreneurial Orientation

Apa itu entrepreneurial orientation/orientasi kewirausahaan?

Orientasi kewirausahaan awalnya melibatkan proses pembuatan strategi-dan mewakili kebijakan dan praktik yang membentuk dasar bagi tindakan dan keputusan dalam berwirausaha (Rauch, Wiklund, Lumpkin & Frese, 2009: 763). George dan Marino (2011: 1000) menjelaskan bahwa orientasi kewirausahaan diciptakan oleh dimensi, dan bahwa dimensi tidak menjadi manifestasi/perwujudan dari kewirausahaan dengan orientasi membangun.

Siapa yang melakukan entrepreneurial orientation ?

Covin dan Slevin (1989: 76) menyatakan bahwa tingkatan/level yang diterapkan orientasi kewirausahaan dalam bisnis sering ditunjukkan oleh sejauh mana pengusaha dan manajer bersedia mengambil risiko untuk mendukung perubahan dan inovasi untuk akhirnya mendapatkan keunggulan kompetitif. Baran dan Velickaite (2008: 22) menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan menyediakan peralatan untuk pengembangan usaha dan pertumbuhan dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Kenapa perlu adanya entrepreneurial orientation?

Studi empiris membuktikan bahwa sebenarnya ada hubungan positif antara dimensi orientasi kewirausahaan dan kinerja bisnis dan kesuksesan bisnis. Dalam praktek bisnis yang nyata, pernyataan ini membuat saran bahwa bisnis yang lebih berorientasi kewirausahaan akan tampil lebih baik (Madsen, 2007: 188).

Aplikasi yang efektif dari dimensi orientasi kewirausahaan bersama dengan isu-isu penting yang terkait pemasaran ini sangat penting untuk memastikan keberhasilan dalam lingkungan bisnis. Kurangnya pengetahuan atau buruknya implementasi merupakan elemen penting yang dapat dengan mudah menyebabkan kegagalan dalam bisnis dan keadaan lain yang tidak diinginkan (Brink & Cant, 2003: 11).

Kapan entrepreneurial orientation dapat dilakukan?

Perusahaan dikatakan dapat menerapkan orientasi kewirausahaan adalah apabila perusahaan tersebut memiliki sifat seperti pertama dalam inovasi produk pasar, berani mengambil resiko, proaktif dalam melakukan inovasi. Dengan demikian, orientasi kewirausahaan adalah sebagai proses-proses, praktik-praktik, dan aktivitas yang menggunakan inovasi produk, mengambil resiko dan berusaha secara proaktif melakukan inovasi dengan tujuan untuk mengalahkan pesaing.

Lingkungan yang bagaimana yang dapat mempengaruhi orientasi kewirausahaan

Berbagai penelitian tentang kewirausahaan menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan memberikan pengaruh, baik pengaruh positif maupun negatif terhadap hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan (Lumpkin & Dess, 1996). Menurut Miller (1983) terdapat enam dimensi lingkungan, yaitu: pemerintahan dan kebijakan (government and policies); kondisi ekonomi (economy); sumber daya dan pelayanan (resources and services); pemasaran, produk dan permintaan (product, market and demand); persaingan(competition); dan teknologi dalam industri (technology in your industry),

Bagaimana cara mengukur entrepreneurial orientation?

Lumpkin dan Dess (1996) menetapkan lima dimensi orientasi kewirausahaan. Tiga dimensi pertama awalnya dikembangkan oleh Miller pada tahun 1983 dan model selanjutnya kemudian diperpanjang oleh Covin dan Slevin dalam model lima dimensinya pada tahun 1989. Lima dimensi orientasi kewirausahaan adalah variabel independen yang mempengaruhi keberhasilan usaha sebagai variabel dependen. Lima dimensi yang dikenal sebagai inovasi, pengambilan risiko, proactiveness, otonomi dan agresivitas kompetitif. Dalam mengukur orientasi kewirausahaan, pimpinan atau manajer bisa mengukur sejauh mana kelima dimensi tersebut sudah dan dapat diterapkan di perusahaan mereka.

Otonomi

Tergantung pada struktur bisnis dan gaya manajemen prinsip otonomi kebanyakan diterapkan oleh pengambil keputusan. Ini terjadi didalam banyak kasus jika seseorang menjadi pengusaha atau manajer. Casillas dan Morena (2010: 270) menyatakan bahwa otonomi merupakan salah satu basis untuk perilaku inovatif dan kewirausahaan. Lumpkin dan Dess (1996: 140) mendefinisikan otonomi sebagai kemauan dan kemampuan untuk bekerja secara independen ketika bertindak atas kesempatan atau ketika menerima tantangan organisasi. Manajer dan pengusaha memegang hak untuk membuat keputusan dan karena itu mereka hanya percaya diri untuk menjamin kelangsungan hidup organisasi.

Inovasi

Inovasi berfokus pada aplikasi dan pengembangan solusi kreatif untuk tantangan umum yang timbul dalam lingkungan bisnis (Darling, Gabrielsson & Seristö, 2007: 5). Memiliki orientasi kewirausahaan berarti harus berkomitmen untuk inovasi, antara dimensi lain dalam proses strategis (Kuratko & Audretsch, 2009: 3). Lumpkin dan Dess (1996: 142) mengatakan bahwa inovasi mencerminkan kecenderungan untuk bisnis untuk terlibat dalam dan mendukung proses kreatif, ide-ide baru, baru dan eksperimen yang dapat menghasilkan produk-produk baru, jasa atau proses teknologi.

Pengambilan Resiko

Sharma dan Dave (2011: 50) menguraikan penemuan yang dibuat yang menyebutkan mengambil risiko sebagai dimensi orientasi kewirausahaan yang memiliki dampak tertinggi pada keberhasilan bisnis dibandingkan dengan inovasi dan proaktif. Mengambil risiko mengacu pada tindakan eksplisit seketika diambil di saat-saat ketidakpastian.

Proaktif

Menurut Madsen (2007: 187) proaktif mengacu pada postur mengantisipasi dan bertindak atas kebutuhan masa depan pasar. Penggerak pertama dapat mengontrol pasar dengan mendominasi saluran distribusi. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Sharma dan Dave (2011: 47) bahwa bisnis yang pro-aktif harus dianggap sebagai pemimpin daripada pengikut. Madsen (2007) mendukung pernyataan ini dan selanjutnya menyebutkan bahwa usaha yang pro-aktif biasanya adalah usaha yang lebih berkelanjutan dengan orang-orang yang inovatif dan dengan pengusaha yang bersedia untuk mengambil risiko.

Agresivitas Kompetitif

Agresivitas kompetitif sangat mirip dengan pro-aktif dan karena itu perlu untuk memperjelas perbedaan antara dua dimensi tersebut. Agresivitas kompetitif mengacu pada bagaimana bisnis berhubungan dengan pesaing dan bagaimana menanggapi permintaan yang ada di pasar. Hal ini dapat dijelaskan sebagai organisasi di pasar bersaing untuk permintaan (Chang, Lin & Chen, 2007: 999). Alasan untuk agresivitas kompetitif demikian mengungguli saingan di pasar dan harus siap untuk kompetisi mungkin (Antonic & Hisrich, 2003: 15). Pro-aktif, di sisi lain, berfokus pada pemenuhan permintaan.

“Pengaruh Brand Image (Citra Merek) dengan Minat Beli Konsumen pada Air Minum dalam Kemasan Aqua”

“Pengaruh Brand Image (Citra Merek) dengan Minat Beli Konsumen pada Air Minum dalam Kemasan Aqua”

(Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Bandung)

 

Wina Nurfitriani

135211028

D3 Administrasi Niaga

 

ABSTRACT

Aqua is currently the market leader in the field of competition various mineral water product in Indonesia. A strong position caused by factors that Aqua was drinking water products in the packaging first in Indonesia. This study aims to determine how the influence of brand image with consumers buying interest. The research uses a quantitative approach with a spread of 100 questionnaires to students of Department of Business Administration at the Polytechnic of Bandung with a number of questionnaires were perfect and that can be processed by 90 questionnaire. The results showed that the brand image influence on consumer purchase interest in drinking water Aqua, with a 27.4% correlation between variables. Through the results of this research note that the effect of which is formed between the brand image with consumers buying interest is 7.5% of the state Department of Business Administration student at the Polytechnic of Bandung.

Keywords: Brand image, Buying Interests

ABSTRAK

Aqua saat ini merupakan pemimpin pasar dalam medan persaingan berbagai produk air mineral di Indonesia. Posisinya yang kuat disebabkan oleh faktor bahwa Aqua sebagai produk air mineral dalam kemasan yang pertama kali hadir di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh citra merek dengan minat beli konsumen. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebar 100 kuesioner kepada mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga di Politeknik Negeri Bandung dengan jumlah kuesioner yang sempurna dan yang dapat diolah sebanyak 90 kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada AMDK Aqua, dengan korelasi antar variabel 27,4%. Melalui hasil penelitian ini diketahui bahwa pengaruh yang terbentuk antara citra merek dengan minat beli konsumen adalah sebesar 7,5% dari kondisi mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga di Politeknik Negeri Bandung .

Kata Kunci      : Citra Merek, Minat Beli Konsumen

 

PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya zaman, dengan ditandai adanya perkembangan ekonomi, kemajuan industri, dan kemajuan teknologi di segala bidang memunculkan banyak persaingan di dalam dunia usaha. Setiap perusahaan di didunia dituntut untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan dalam menghadapi pesaing baru yang bergerak di Industri yang sama. Semakin banyaknya usaha yang sama bermunculan merupakan akibat dari adanya peningkatan kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan bervariasi.

Dalam industri air minum dalam kemasan pun dari tahun ke tahun mengalami fenomena peningkatan persaingan. Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) mengatakan, konsumsi AMDK (Air Minun dalam Kemasan) tumbuh 12,5% per tahun selama tahun 2009-2014. Pada tahun 2009, volume penjualan AMDK mencapai 12,8 miliar liter, dan meningkat menjadi 23,1 miliar liter pada tahun 2014. Hingga kuartal pertama 2015 saja, penjualan AMDK menembus 5,8 miliar liter.  Sedangkan secara volume, konsumsi AMDK menyumbang sekitar 85% dari total konsumsi minuman ringan di Indonesia. Disusul setelah itu, oleh minuman teh dalam kemasan (8,7%), minuman soda dalam kemasan (3%), serta minuman kategori lainnya (3,2%). Sementara itu, nilai pasar industri AMDK nasional pada 2013 mencapai US$ 1,67 miliar (Rp 22,51 triliun), tumbuh rata-rata 11,1% per tahun hingga tahun 2017.

Saat ini, ada sekitar 500 perusahaan yang bergerak di industri AMDK, yang mana mereka terfragmentasi ke dalam perusahaan-perusahaan berskala kecil dan lokal. Namun, perusahaan skala besar menjadi penguasa pasar AMDK nasional. Menurut riset Goldman Sachs, Aqua dari Grup Danone menguasai 46,7% pangsa pasar AMDK, disusul Tirta Bahagia (Club) 4%, Tangmas (2 Tang) 2,8%, PT Santa Rosa Indonesia (Oasis) 1,8%, Triusaha Mitraraharja (Super O2) 1,7%, dan Sinar Sosro (Prima) 1,4%.

Aqua untuk saat ini merupakan pemimpin pasar dalam medan persaingan berbagai produk air mineral di Indonesia. Posisinya yang kuat disebabkan oleh faktor bahwa Aqua sebagai produk air mineral dalam kemasan yang pertama kali hadir di Indonesia serta strategi promosi dan pemasaran yang gencar. Metode promosi yang digunakan adalah terutama melalui iklan di media elektronik dan cetak, mensponsori berbagai acara, serta instalasi iklan billboard secara luas.

Dalam pemasarannya, grup distribusi Aqua memiliki jaringan distribusi air mineral yang terluas di Indonesia, yang mana menembus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi pasar yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Menurut Kotler dan Keller (2009:260), mempersepsikan brand image adalah “Proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti.” Sedangkan menurut Tjiptono (2005:49) brand image adalah “Deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.”

Citra merek diartikan sebagai presepsi tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang berpegang pada memori konsumen. Dalam mencapai citra merek yang positif pemasar akan berkenaan dengan beberapa program pemasaran dalam membentuk 3 aspek yang dikemukakan oleh Keller (2008) Strength of Brand Association, Favourability of Brand Association, dan Uniqueness of Brand Association dalam menstransfer sebuah merek ke dalam ingatan memori konsumen.

Schiffman dan Kanuk (2004:25), menjelaskan bahwa pengaruh eksternal, kesadaran akan kebutuhan, pengenalan produk dan evaluasi alternatif adalah hal yang dapat menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh eksternal ini terdiri dari usaha pemasaran dan faktor sosial budaya. Minat beli dianggap sebagai pengukuran kemungkinan konsumen membeli produk tertentu, dimana tinggina minat beli akan berdampak pada kemungkinan yang cukup besar dalam terjadinya keputusan pembelian. Menurut Kotler dan Keller (2003:181), “Customer buying decision – all their experience in learning, choosing, using, even disposing of a product. Yang kurang lebih memiliki arti “Minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk”. Menurut Kotler dan Keller (2003:186) “The consumer may also form an intention to buy the most preffered brand”, yang berarti bahwa konsumen mempunyai keinginan untuk membeli suatu produk berdasarkan pada sebuah merek.

Indikator-indikator dari minat beli dijelaskan oleh komponen dari Schiffman dan Kanuk (2000:470). Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk
  2. Mempertimbangkan untuk membeli
  3. Tertarik untuk mencoba
  4. Ingin mengetahui produk
  5. Ingin memiliki produk.

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.

Menurut pendapat Assael (2004: 82) sikap terhadap merek atau citra merek (brand image) yaitu merupakan pernyataan mental yang menilai positif atau negatif, bagus tidak bagus, suka tidak suka suatu produk, sehingga menghasilkan minat dari konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa yang dihadirkan produsen.

Penelitian yang dilakukan oleh Wu dan Lo (2009) menunjukkan adanya pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Peyrot dan Van Doren (1994), disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap terhadap merek terhadap minat beli konsumen.

Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Bentler dan Spencer dalam Sulistyo (1999) yaitu adanya perilaku masa lampau yang dapat mempengaruhi minat secara langsung. Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang bekerja terhadap rangsangan. kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

METODE PENELITIAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Bandung, Dengan usia dewasa muda 17-24 tahun yang mengetahui merek air minum dalam kemasan Aqua dan pernah menggunakan produk tersebut, serta telah membeli atas dasar keinginannya sendiri sebagai konsumen. Teknik Sample yang digunakan adalah teknik sample acak dengan jumlah responden 100 mahasiswa, namun hanya 90 responden yang sempurna pengisian dalam kuesioner yang diberikan.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian itu adalah pendekatan kuantitatif yang dibentuk dari sejumlah konsep,teori, hipotesis, dan asumsi sebelum mengumpulkan data lapangan. Penelitian ini didasari oleh pola deduktif yang merupkan standar paradigma positif.

Berdasarkan klasirikasi tujuan, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif karena penelitian ini bersifat menerangkan dan bertujuan menguji hipotesa-hipotesa tentang adanya hubungan sebab akibat berbagai variabel yang diteliti (Malhotra, 2004). Penelitian memiliki tujuan untuk menjelaskan secara akurat sebuh teori, mengembangkan pengetahuan yang lebih jauh mengenai sebuah proses, membangun sebuah penjelasan dalam penelitian.

Pada penelitian ini, variabel yang akan diuji dalam hipotesa antara lain variabel independen yaitu brand image dengan varibel dependen yaitu minat beli. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini termasuk pada penelitian murni yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu dengan metode kuisioner dan metode studi kepustakaan. Sedangkan jenis data yang dikumpulkan terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik analisis data menggunakan uji validitas, realiabilitas, deskriptif, dan uji hipotesis dengan regresi linear dengan menggunakan SPSS 18,0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Variabel Brand Image

Nilai rata-rata dari variabel brand image ini, nilai rata-rata ini diambil dari nilai mean setiap indikator di dalam dimensi yang menjadi tolah ukur variabel brand image. Pada grafik dibawah ini dapat terlihat perbandingan di setiap indikator sesuai dengan jumlah mean dari indikator terbesar hingga mean terendah. Mean tertinggi terdapat dalam dimensi Uniqueness of Brand Association berada pada indikator kelima, yaitu “Aqua menjadi Pelopor Air Minum Dalam Kemasan di Indonesia” dengan nilai mean sebesar 4,5111. Setelah itu, mean tertinggi kedua juga terdapat dalam dimensi Uniqueness of Brand Association pada indikator ketiga, yaitu “Kata “Aqua” identik dengan air minum dalam kemasan (sekalipun bukan merek Aqua)”, dengan nilai mean 4,556. Tidak dapat dipungkiri bahwa dimensi Uniqueness of Brand Association sangat digunakan untuk mengukur variabel citra merek, karena melalui dimensi tersebut kita dapat melihat tanggapan responden akan kunikan yang dimiliki oleh air minum dalam kemasan Aqua.

Dimensi terendah pada variabel ini adalah dimensi favourability of brand association dengan indikator keempat, yaitu “Ketika saya minum air minum dengan merek aqua saya lebih percaya diri” dengan mean 2,9889. Nilai mean pada indikator ini masuk dalam kategori netral. Favourability of brand association dalam konteks citra menerk berujuan untuk melihat pandangan konsumen terhadap kesukaan atau hal yang paling di favoritkan oleh sebuah merek, dalam penelitian ini dikaitkan dengan air minum dalam kemasan Aqua. Sehingga peneliti dapat mengasumsikan bahwa hasil mean yang mengarah kepada netral dalam indikator ini menunjukan bahwa air minum dalam kemasan Aqua masih kurang dalam nilai kebanggaan atas produk yang dibeli konsumen, sehingga konsumen akan merasa biasa saja terhadap AMDK Aqua yang mereka beli.

No. Dimensi Mean Kategori
1. Stength of Brand Association 3,80666 Setuju
2. Favourability of Brand Association 3,452775 Setuju
3. Uniqueness of Brand Association. 4,24666 Sangat Setuju
Total Mean Variabel Citra Merek / Brand Image 3,835365 Setuju

Kemudian dalam tabel diatas menggambarkan tingkat penilaian responden secara keseluruhan terhadap dimensi dalam variabel citra merek dengan total mean sebesar 3,835365. Angka ini menunjukan bahwa tingkat kesetujuan responden terhadap variabel citra merek adalah setuju. Nilai rata-rata mean yang didapatkan pada dimensi satu dan dua mengacu pada kategori setuju, dan untuk dimensi ketiga mengaju pada kategori sangat setuju. Hasil ini akan terkait dengan persebaran jawaban responden pada tiap indikator dalam ketiga dimensi yang mengacu kepada jawaban “setuju’ dan ‘sangat setuju’. Peneliti melihat bahwa hasil jawaban memperlihatkan kepastian yang memang dirasakan oleh responden terhadap AMDK Aqua terkait dengan citra merek yang dipaparkan. Dari pernyataan Zethaml (1988) dalam (Lin&Lin, 2007) menyatakan bahwa citra merek adalah faktor paling penting yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum melakukan pemilihan produk atau layanan jasa. Sehingga keragu-raguan dalam variabel citra merek akan terkait dengan jawaban responden nanti pada variabel minat beli konsumen.

Analisis Variabel Minat Beli

Menurut (Schiffman dan Kanuk, 2008) presepsi seseorang akan berpengaruh terhadap minat beli yang terdapat pada individu di mana minat beli dapat diamati sebelum perilaku konsumen terjadi. Nilai rata-rata atas penilaian responden terhadap unsur-unsur pembentuk variabel minat beli konsumen pada penelitian ini dapat dilihat melalui mean pada frafik berikut.

Pada grafik berikut ini dapat dilihat rata-rata tertinggi pada variabel minat beli terdapat pada indikator ke-8, yaitu “Saya Menggunakan Air mineral Asli Aqua dalam kemasan Galon di Rumah” dengan nilai mean 3,9889. Jika dikatikan dengan harga yang bersaing, distribusi yang luas dan kualitas yang baik dalam dimensi strength of brand association dapat menjadi salah satu acuan strength of brand association dapat menjadi salah satu acuan mengapa responden melakukan peritmbangan untuk membeli air minum dalam kemasan Aqua. Dengan jaringan distribusi yang luas pula akan memudahkan konsumen untuk menemukan produk AMDK Aqua dengan mudah dan akan memberikan alasan mengapa produk tersebut memiliki ketertarikan sendiri.

Sedangkan mean dengan nilai terendah sebesar 3,1222 terdapat pada indikator pertama, yaitu “Saya Tertarik untuk mencari informasi tentang produk Aqua”. Hal ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan promosi dan penyebaran informasi terkait dengan produk AMDK Aqua. Pertimbangan ini perlu diperhatikan karena indikator ini merupakan tahap awal pengetahuan konsumen terhadap informasi produk.

Analisis Regresi Linear

Model sm1

Untuk melihat pengaruh antar variabel independen dan variabel dependen dalam penelitan ini, maka digunakanlah analsis regresi. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengukuran dari pengaruh brand image atau citra merek terhadap minat beli konsumen. Variabel citra merek sendiri sebagai variabel independen yang terdiri dari tiga dimensi yaitu, Stength of Brand Association, Favourability of Brand Association, dan Uniqueness of Brand Association. Sedangkan variabel minat beli konsumen sebagai variabel dependen memiliki delapan indikator dalam penelitian. Tabel dibawah ini menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel dalam penelitian ini.

Penambahan point jawaban terhadap point di variabel brand image akan mempengaruhi penambahan point pada variabel minat beli konsumen. Karena penambahan point tersebut akan meningkatkan hubungan serta kekuatan antar dua variabel tersebut. Dengan demikian, kekuatan hubungan antar variabel juga dipengaruhi oleh frekuensi persebaran jawaban yang dilakukan oleh responden, semakin responden setuju dengan indikator yang diberikan maka semakin kuat hubungan yang terbentuk pada variabel minat beli konsumen. Nilai koefisien hubungan antara variabel independen dan dependen adalah sebesar 0,274, yang berarti hubungan antara variabel independent dan dependen adalah sebesar 27,4% dengan tingkat signifikan hitungnya 0,005 atau 0,5%. secara konseptual bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori lemah menuju sedang.

Selain itu, pada tabel diatas juga menunjukkan angkat R Square atau koefisien determinasi. Angka R square dalam penelitian ini adalah sebesar 0,075. Hal ini berarti 7,5% minat beli konsumen dipengaruhi oleh citra merek, sedangkan sisanya yaitu sebesar 92,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Peneliti menilai faktor lain yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen adalah pengaruh dari luar. Menurut (Assael, 1998) konsumen diperkirakan masih memiliki banyak pertimbangan sampai akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian. Sehingga tingginya faktor lain dengan hasil mean sebesar 92,5% dapat dikaitkan dengan pernyataan Henry Assel, bahwa intensi untuk membeli atau niat dalam sebuah keputusan pembelian tidak selalu berdampak pada pembelian saat itu juga, namun responden mungkin masih memiliki banyak pertimbangan dalam pembelian terkait dengan outside constant. Beberapa pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen adalah ketidaksediaan merek, perubahan hargga serta informasi mengenai merek baru. Selain itu menurut Aaker dan Keller terdapat beberapa point lainnya yang dapat mempengaruhi citra merek seperti faktor komunikasi, kepribadian merek, dan pengaruh dari perusahaan lain, jika dilihat saat ini begitu banyak pesaing yang bermunculan dengan berbagai merek air minum dalam kemasan. Pengaruh dari perusahaan lain berkaitan dengan perbandingan yang dapat dilakukan oleh responnden dalam melihat sebuah perusahaan. Dengan melakukan perbandingan merek, konsumen dapat mendapatkan informasi yang didapatkan ini dapat mempengaruhi minat beli konsumen dalam pemilihan sebuah merek.

Berdasarkan penelitian lapangan peneliti sudah cukup melihat keyakinan dalam diri responden terhadap air minum dalam kemasan Aqua yang terbukti dengan besarnya mean yang dihasilkan termasuk dalam kategori setuju. Permasalahan ini akan terkait dengan informasi yang didapat oleh masyarakat. Berdasarkan observasi lapangan terlihat bahwa responden masih menerima informasi yang ada tanpa keinginan untuk mencari lebih lanjut. Pengaruh perusahaan lain dan harga yang merupakan salah satu hal yang paling dilihat oleh konsumen, dan hal tersebut harus diperhatikan bagi para pengusaha dalam menjual produknya. Seperti misalnya bahwa harga AMDK Aqua sedikit lebih mahal daripada para pesaing lainnya, harga yang ditawarkan pesaing lebih murah Rp 500 hingga Rp 1.000. perbedaan harga sekalipun sedikit akan mempengaruhi konsumen, karena konsumen menginginkan AMDK yang baik kualitasnya namun dengan harga yang seminimal mungkin.

Sebagai perusahaan pelopor air minum dalam kemasan yang terus berkembang, AMDK Aqua malah mengurangi iklan di televisi, koran, dan majalah. Terlihat bahwa banyak pesaing dalam bisnis yang sama lebih banyak mengiklankan produknya daripada merek aqua, dengan begitu hal tersebut akan mampengaruhi konsumen untuk berpindah ke produk atau merek lain. Padahal menurut penelitian yang dilakukan oleh Rajeev Batra dan Pamela Miles Hormer, citra merek yang dibangun melalui iklan dapat mempengaruhi minat beli konsumen serta citra dari sebuah iklan dapat membangun kepercayaan konsumen terhadap merek. Akan lebih baiknya AMDK Aqua jika menggunakan iklan komersial dalam memberikan informasi mengenai kualitas dan proses produksi produk seperti perusahaan lain lakukan untuk memberikan rasa kepercayaan konsumen terhadap produk Aqua sehingga konsumen merasa yakin dengan kualitas yang diberikan perusahaan.

Pembahasan Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini terdapat satu buah hipotesis utama yang akan diuji. Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikasnsi yang terdapat pada tabel Anova hasil dari perhitungan regresi. Batasan nilai signifikansi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah 0,05. Ketika nilai signifikansi berada dibawah 0,05 maka Ho ditolak, sedangkan ketika nilai signifikansi berada diatas 0,05 maka Ho diterima. Hipotesis utama dalam penelitian ini adalah :

Ho       : Tidak terdapat pengaruh antara brand image / citra merek dengan

               minat beli konsumen pada air minum dalam kemasan Aqua

H1       : Terdapat pengaruh antara brand image / citra merek dengan minat

               beli konsumen pada air minum dalam kemasan Aqua

anova 2

Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,009 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini dilihat pada tabel diatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara brand image / citra merek terhadap minat beli konsumen pada air minum dalam kemasan Aqua.

Air minum dalam kemasan Aqua memang mengurangi media komunikasi, khususnya yang berbentuk iklan dalam memasarkan layanan produknya. Dan hasil dari obeservasi lapangan terlihat bahwa terjadi hubungan antara kedua variabel dengan kekuatan yang kuat dan berpotensi untuk menjadi sangat kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh citra merek atau Brand Image terhadap minat beli konsumen pada air minum dalam kemasan Aqua, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa citra merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada AMDK Aqua, dengan korelasi antar variabel 27,4%. Melalui hasil penelitian ini diketahui bahwa pengaruh yang terbentuk antara citra merek dengan minat beli konsumen adalah sebesar 7,5% dari kondisi mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga di Politeknik Negeri Bandung. Beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen yang merupakan pengaruh dari luar seperti harga dan informasi produk, dan adanya persaingan dari merek baru. Kemudian faktor lainnya yaitu identitas personal merek, komunikasi dan juga kompetitor dapat mempengaruhi minat beli konsumen.

Saran

Tingginya tingkat persaingan di bisnis lokal maupun global dan kondisi yang tidak pasti akan memaksa perusahaan agar mampu untuk mencapai keunggulan bersaing agar mampu memenangkan persaingan di pasar bisnis global. Untuk mencapai hal itu para pengusaha harus menerapkan konsep pemasaran yang modern dengan berorientasi pada pasar atau pelanggan. Karena pelanggan merupakan hal terpenting dari keberhasilan pemasaran dan penjualan produk.

Berdasarkan hasil analisis dari data yang diolah, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan air minum dalam kemasan AQUA dalam mengatasi masalah terkait dengan citra merek yang ditawarkan. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

  1. perusahaan air minum dalam kemasan merk AQUA sebagai pelopor air minum dalam kemasan pertama di Indonesia harus meningkatkan kembali eksistensinya di kalangan masyarakat agar tidak tersaingi oleh para pesaing baru dalam bisnis air mineral dalam kemasan dengan meningkatkan kegiatan komunikasi baik promosi yang akan mampu menarik konsumen untuk percaya dan yakin atas kualitas yang diberikan oleh perusahaan.
  2. Untuk memberikan sumber terpercaya terhadap konsumen yang ingin lebih mengetahui informasi produk secara lebih mendalam diharapkan perusahaan memperbaiki situs website Aqua yang tidak bisa dikunjungi. Hal ini akan menghambat penyaluran informasi dari sumber asli yaitu perusahaan terhadap konsumen.

Peneliti berharap jika penelitian selanjutnya bisa secara lebih jauh menelaah mengenai air minum dalam kemasan AQUA. Hal ini dikarenakan penelitian ini dilakukan dengan sample penelitian, yaitu mahasiswa. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu untuk meneliti secara lebih luas dengan objek penelitian lebih beragam sehingga tingkat korelasi dari peneltian akan lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Aaker, D. A. (1991). Managing Brand Equity: Capitalyzing on The Value of a Brand Name . New York: The Free Press.

Anderson , H., Tatham, & Black. (1998). Multivariate Data Analysis.

Assael, H. (1998). Customer Behaviour and Marketing Actions 2nd. New York : Mc Graw Hill.

Batra, R., & Pamela. (2004). The Situational Impact of Brand Image Beliefs. JournalL Of Consumer Psychology, 318–330.

Chi, D. H., Yeh, D. H., & Tsai, Y. C. (n.d.). The Influences of Perceived Value on Consumer Purchase Intention: The Moderating of Advertising Endorser.

Cho, E. (2011). Development of a brand image scale and the impact of lovemarks on brand equity. Iowa: Iowa State University.

Dodd, James, B, M., & P, G. (1991). The Evaluating of Price, Perceived Quality, and Customer Preception of Product Quality. Journal of Marketing Research, 42, 331-349.

Keller, K. L. (1993). Conceptualizing, Measuring, and Managing Customer – Based Brand Equity. The Journal of Marketing , 1-22.

Keller, K. L. (2008). Strategic Brand Management – Building, Measuring, and Managing Brand Equity 3rd Edition. New Jersey: Pearson Education International.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran (13 ed., Vol. 1). (A. Maulana, Y. S. Hayati, Eds., & B. Sabran, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Lin , N. H., & Lin , B. S. (2007). The Effect of Brand Image and Product Knowledge on Purchase Intention . Journal of International Management Studies.

Malhotra, N. K. (2004). Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan . Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Maunaza, A. (2012). Pengaruh Brand Image terhadap Minat Beli Konsumen (studi pada maskapai penerbangan lion air).

Mowen , J. C. (1995). Consumer Behaviour 4th Edition . New Jersey : Prentice Hall.

Neuman , W. L. (2003). Social Research Methods 5th Edition Qualitative and Quantitative Approach. USA: Pearson Education Inc.

Ogba, I. E., & Tan , Z. (2009). Exploring the impact of brand image on customer loyality and comitment in China.

Rangkuti, F. (2004). The Power of Brands – Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek . Jakarta: PT. Gramnedia Pustaka Utama .

Rizwan, M., & Xian, Q. (2008). Study of Brand Awareness and Brand Image of Starbuck. Swedia.

Schiffman, L. G., & Kanuk , L. L. (2008). Perilaku Konsumen . Jakarta: Indeks Group Media.

Simamora, B. (2001). Remarketing for Business Recovery – Sebuah Pendekatan Riset. Jakarta : Pustaka Utama.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

 

Fungsi Kantor dan Aktivitas Kantor

Fungsi Kantor dan Aktivitas Kantor

Wina Nurfitriani

(135211028)

2A Administrasi Bisnis D3

Politeknik Negeri Bandung

 

ABSTRACT

In this paper new insight into the operations in the offices by outlining office functions and office activity. In addition, in this paper is discuss about objectives of administrative office management and new tasks and functions are introduced. In a knowledge intense economy, in which competence and learning are pre requisites for competitiveness. Offices are characterised by both increased job complexity and tendency for grouping job in accordance with the scope of work of their respective offices. Thus, there is a need for more sensitive management styles within large companies or small company.

Key Word: Office functions,Office Work/Activity, nature of office work, the scope of work in the office 

 

 

ABSTRAK

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai wawasan baru dalam operasi di kantor dengan menguraikan fungsi-fungsi kantor dan aktivitas kantor. Selain itu , dalam makalah ini membahas tentang tujuan dari manajemen administrasi kantor dan tugas-tugas baru serta fungsi yang diperkenalkan. Dalam pengetahuan ekonomi yang kuat, di mana kompetensi dan pembelajaran akan prasyarat untuk daya saing seorang karyawan kantor akan dibahas. Kantor ditandai oleh meningkatnya kompleksitas pekerjaan dan kecenderungan untuk mengelompokkan pekerjaan sesuai dengan lingkup pekerjaan kantor mereka masing-masing. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk gaya manajemen yang lebih sensitif dalam perusahaan besar atau perusahaan kecil.

Kata Kunci: Fungsi Kantor, Aktivitas/Pekerjaan Kantor, Hakekat Pekerjaan Kantor, Ruang Lingkup Pekerjaan Kantor

I.                   Pendahuluan

Studi yang ada telah dijelaskan sebelumnya fungsi utama dari kantor pusat sebagai (i) perumusan kebijakan dan alokasi sumber daya dalam perusahaan, dan (ii) pengendalian kegiatan divisi yang berbeda atau unit bisnis. Dalam tulisan ini, kantor memiliki peran yang kompleks dalam ekonomi pengetahuan intensif modern. Jenis ekonomi ditandai dengan meningkatnya persaingan dan perubahan teknologi yang cepat. kantor pada dasarnya terlibat dalam mengumpulkan dan memproses informasi, dan proses ini menjadi lebih penting dalam ekonomi di mana kompetensi dan pembelajaran pra-syarat untuk daya saing. Ada juga peningkatan jumlah merger dan akuisisi dan pertumbuhan yang kuat organik dalam perusahaan yang dipilih, dan besar, dan sering multinasional, perusahaan tampaknya menempati peran yang lebih dominan dalam perekonomian (Lash dan Urry, 1994; Lee dan Wills, 1997). Singkatnya, perkembangan ini memberikan organisasi kantor pusat prioritas yang lebih besar dalam manajemen bisnis. Secara bersamaan, ada kecenderungan terhadap pekerjaan pengelompokan di perusahaan untuk efektifitas Dan efisien. Hal ini mencerminkan masalah koordinasi yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar karena mereka menjadi organisasi yang kompleks dalam ekonomi internasional ditandai dengan perubahan teknologi yang cepat, meningkatnya persaingan dan peran yang lebih menonjol untuk pengetahuan dan pembelajaran kolektif.

Isu-isu yang akan dibahas kali ini adalah:

  1. Apa Fungsi Kantor ?
  2. Apa saja hakekat dari pekerjaan / aktivitas kantor?
  3. Apa Saja Runag Lingkup Pekerjaan atau Aktivitas Kantor ? dan
  4. Bagaimana peranan Pekerjaan Kantor Bagi Pimpinan ?

II.                Pembahasan

Fungsi Kantor

Fungsi menurut Wiriadihardja dalam Adhitya (2011:19) adalah sekelompok kegiatan dan usaha satu dengan yang lainnya, dan mempunyai hubungan yang erat untuk mendukung tercapainya pelaksanaan tugas pokok.

Menurut Moekijat (1984:210) mengemukakan bahwa fungsi adalah mendapatkan keterangan, mengkoordinir program-program, memberikan pelayanan, melakukan pengawasan, memberikan ide-ide baru, memberikan advis dan bimbingan kepada kelompok lebih lanjut.

Menurut J.C. Denyer dalam bukunya “Office Adminsitration”, fungsi kantor adalah untuk memberikan pelayanan komunikasi dan warkat yang secara rinci adalah:

  1. To recive information (e.g. letters, price, quotation, etc.)
  2. To record information (e.g. stock, price and personnel records)
  3. To arrange information (e.g. as costing, accounting, etc.)
  4. To give information (e.g. sales invoice, estimates, etc.)
  5. To saveguard assets (e.g. cara of cash, stock, etc.)
  1. Untuk menerima keterangan (misalnya: surat-surat, harga, kutipan dan sebagainya)
  2. Untuk mencatat keterangan (misalnya; persediaan, harga dan catatan-catatan kepegawaian)
  3. Untuk menyusun keterangan (misalnya: dalam pembiayaan, pembukuan dan sebagainya)
  4. Untuk memberi keterangan (misalnya: faktur-faktur penjualan, perkiraan-perkiraan dan sebagainya)
  5. Untuk menjamin aktiva-aktiva (misalnya: pemeliharaan uang tunai, persediaan, dan sebagainya)

Dalam kehidupan organisasi yang berorientasi pada masa depan, usaha penyelenggaraan kegiatan perkantoran perlu ditangani secara profesional, dalam arti bahwa penyelenggaraan kegiatan perkantoran memerlukan pompinan dan staf yang mengerti akan tugasnya, bersemangat dalam mengejar prestasi. Berikutnya, berkaitan dengan lingkungannya (manusia, alat, sumber-sumber, ruang, waktu dan lain-lain), seorang karyawan diharapkan dapat mencurahkan perhatiannya secara sungguh-sungguh dan berusaha untuk dapat mengolah informasi, sehingga dapat menhadi sesuatu yang berdaya guna. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan perkantoran adalah merupakan inti kehidupan organisasi, karena kantor mempunyai fungsi antara lain:

  1. Sebagai alat penyambung panca indera pimpinan.
  2. Membantu pimpinan dalam perumusan pekerjaan.
  3. Membantu pimpinan dalam penyederhanaan sistem menajemen, prosedur, dan metode kerja.
  4. Membantu pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan mencapai tujuan dan melaksanakan kegiatan mencapai tujuan organisasi yang berdaya guna.

Pada kenyataannya, salah satu kebutuhan manusia, akan diusahakan sepenuhnya melalui organisasi, sehingga organisasi dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, harus dipimpin oleh seorang pimpinan yang cakap. Organisasi memerlukan tempat pusat pertemuan, pusat keputusan, pusat merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan dan pengawasan pekerjaan. Tempat tersebut memberi arti dan membantu menjalankan fungsi organisasi. Segala macam bentuk penulisan, komunikasi, penghitungan, penggolongan dan penyimpanan arsip, adalah merupakan pekerjaan kantor.

Sifat dari latar belakang dan peran manajemen administrasi perkantoran membuatnya paling logis dari semua bidang organisasi, yaitu memiliki tanggung jawab untuk pengelolaan informasi pada suatu organisasi. Saai ini, fungsi manajemen administrasi perkantoran dan manajer bagian administrasi kantor sedang diakui dan dikreditkan untuk kontribusi mereka terhadap keberhasilan organisasi.

Manajemen administrasi perkantoran memiliki dampak yang signifikan terhadap karyawan di seluruh organisasi, mungkin yang paling signifikan dengan memungkinkan mereka untuk meningkatkan produktivitas mereka. Selain menghilangkan tanggung jawab karyawan untuk beberapa tugas tertentu, posisi ini membantu mereka memaksimalkan efisiensi tugas lainnya yang ditunjuk. manajemen administrasi perkantoran juga memberikan bantuan kepada karyawan dengan informasi yang mereka butuhkan, ketika mereka membutuhkannya, dan dalam format yang mereka inginkan. Hal ini menjelaskan mengapa fungsi manajemen administrasi perkantoran harus terorganisasi melampaui seluruh unit, fungsi, dan Departemen-departemen lainnya.

Tujuan Manajemen Administrasi Perkantoran menurut Quible (2001:3) adalah sebagai berikut:

  1. To Ensure that relevant organizational activities are designed to minimize individual and unit productivity
  2. To provide effective management of the organization’s in formation    
  3. To maintain reasonable quantity and quality standards     
  4. To develope effective work processes and procedures      T
  5. o provide a satisfactory physical and mental working environment for the oganizational employees     
  6. To help define duties and responsibilities of employees as signed within the administrative office management functional area     
  7. To develop satisfactory lines of communication among employees within the administrative office management functional area and between these employees in other areas within the organization      
  8. To help employees maintain a high level of work effectiveness     
  9. To enhance the effective supervision of office personnel 
  10. To assure the efficient and proper use of specialized office equipment
  1. Untuk memastikan kegiatan organisasi yang relevan dirancang
  2. untuk memaksimalkan aktivitas produktivitas individu dan satuan unit      Untuk memberikan manajemen yang efektif dalam pembentukan organisasi
  3. Untuk menjaga kuantitas dan kualitas standar yang wajar
  4. Untuk mengembangkan proses kerja yang efektif dan prosedural5.
  5. Untuk memberikan lingkungan kerja yang memuaskan fisik dan mental bagi karyawan oganisasi
  6. Untuk membantu menentukan tugas dan tanggung jawab karyawan saat masuk dalam area fungsional manajemen administrasi perkantoran
  7. Untuk mengembangkan lini komunikasi yang baik antara karyawan dalam area fungsional manajemen administrasi kantor dan antara karyawan di daerah lain dalam organisasi
  8. Untuk membantu karyawan mempertahankan tingkat efektivitas kerja yang tinggi
  9. Untuk meningkatkan pengawasan yang efektif dari personil kantor
  10. Untuk menjamin penggunaan yang efisien dan tepat peralatan kantor khusus

Hakekat Pekerjaan/Aktivitas Kantor

Pekerjaan kantor berarti kegiatan mengumpulkan, mencatat, mengolah, mengadakan, mengirim dan menyimpan keterangan. Mencatat keterangan/kejadian berarti mencatat semua yang dilakukan sehingga menjadi keterangan yang kelak dapat lebih berguna. Pada kenyataannya, pelaksanaan kegiatan dapat diadakan dengan menggunakan mesin, alat hitung, atau cara lain yang dikerjakan dengan manual, dengan maksud dan tujuan yang tetap sama yaitu membuat atau menyediakan informasi yang berguna untuk semua pihak. Apabila diteliti lebih lanjut hakekat pekerjaan kantor dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

  1. Mengumpulkan/menghitung keterangan

Yaitu kegiatan mencari dan mengusahakan tersedianya segala keterangan yang tadinya belum ada atau berserakan dimana-mana, menjadi keterangan yang siap dipergunakan bilamana diperlukan.

  1. Mencatat keterangan

Yaitu kegiatan membubuhkan keterangan dengan berbagai macam peralatan sesuai dengan perkembangan teknologi modern dan kebutuhan, keterangan yang diperlukan sehingga wujud keterangan dapat langsung siap pakai.

  1. Mengolah keterangan

Yaitu bermacam-macam kegiatan mengerjakan keterangan dengan maksud menyajikannya dalam bentuk yang lebih berguna.

  1. Menggandakan keterangan

Yaitu kegiatan memperbanyak keterangan dengan berbagai cara dan alat, sebanyak jumlah yang diperlukan.

  1. Mengirim keterangan

Yaitu kegiatan menyampaikan keterangan dengan berbagai cara dan alat dari satu pihak kepada pihak lain

  1. Menyimpan keterangan

Yaitu kegiatan menaruh atau meletakkan keterangan dengan berbagai cara dan alat di tempat tertentu sehingga lebh teratur, sistematis dan aman.

Dari pengelompikkan tersebut secara umum dapat disimpukan bahwa pekerjaan kantor meliputi: pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman dan penyimpanan keterangan. kegiatan setiap kelompok atau kategori dapat diperluas sebganyak mungkin. Sehingga dapat dikatakan bahwa, semua diperluas sebanyak mungkin. Sehingga dapat dikatakan bahwa, semua kegiatan di kantor adalah menjadikan keterangan tersebut benar-benar berguna datau siap pakai untuk organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakekat pekerjaan kantor adalah penguruasan keterangan dari keterangan uang belum siap dipakai menjadi keternagan yang siap pakai.

Selain itu aspek lain dalam pengurusan keterangan, yang perlu disadari adalah bahwa dalam organisasi yang luas ruang lingkup usahanya, menuntut pimpinannya untuk dapat melakukan tugas manajerialnya dengan baik, yang ditunjang oleh tersedianya keterangan yang siap pakai. Seorang pimpinan, baik yang berada pada tingkat pucuk pimpinan harus meneliti kembali berbagai keterangan yang diperlukannya, sehingga langsung dapat memperoleh gambaran yang benar pada waktu melihatnya. Keputusan yang akan diambil harus didasarkan pada pengerian yang betul. Situasi rendah, akan tetapi kadar kepentingannya tertentu lebih kecil, jika dibandingkan dengan pucuk pimpinan.

Ruang Lingkup Pekerjaan/Aktivitas Kantor

Pelaksanaan pekerjaan kantor di setiap kantor berbeda ruang lingkupnya, hal tersebut tergantung dari kebutuhan masing-masing kantor yang bersangkutan.

Pada umumnya luas sempitnya rung lingkup pekerjaan kantor dipengaruhi oelh beberapa faktor, antara lain:

  1. Luas sempitnya ruangan lingkup tugas pokok kantor bersangkutan. Perusahaan yang besar dan luas jangkaunnya memerlukan lebih banyak informasi yang harus ditangani dari para perusahaan yang sempit lingkup usahanya.
  2. Sifat atau jenis usaha suatu kantor. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan pekerjaan kantor tersebut, maka dalam pelaksanaannya, pekerjaan kantor dapat berupa pekerjaan tulis menulis dan cata mencatat. Tetapi apabila dituntut pekerjaan kantor yang ruang lingkupnya lebih luas maka pekerjaan kantor dalam hal demikian dapat dilaksananakn dengan pekerjaan ketatausahaan, yaitu melipputi pekerjaan pengatikan penggandaan, (stensil, foto copy, dan lain-lain), kearsipan, ekspedisi surat, pelayanan telepon dan sebagainya.

Selanjutnya apabila perusahaan menuntutnya, maka pekerjaan kantor yang diperlukan adalah ketatausahaan ditambah dengan kegiatan lainnya seperti: penentuan sistem dan prosedur perkantoran, elektronik, pembinaan pegawai kantor dan sebagainya.

Dengan demikian pekerjaan kantor tidak identik dengan pekerjaan tulis menulis ataupun ketatausahaan. Luas sempitnya ruang lingkup pekerjaan kantor berfungsi memberi fasilitas kepada pelaksanaan tugas pokok suatu instansi atau perusahaa, melayani, dan memudahkan koordinasi terhadap kegiatan-kegiatan pokok.

Objek utama dalam kegiatan manajemen perkantoran adalah pekerjaan perkantoran atau pekerjaan/kegiatan yang ada di kantor. Istilah lain yang digunakan untuk pekerjaan kantor adalah tata usaha, derical work, paper work, kesekretariatan. Berdasarkan fungsi kantor, yaitu menyediakan suatu pelayanan dalam komunikasi dan arsip dinamis, cakupan pekerjaan kantor adalah sangat luas. Di antara satuan-satuan organisasi setiap badan usaha, baik secara vertikal maupun horisontal, terjadi hubungan kerja, yang dapat juga disebut hubungan tata usaha. Kontak tersebut tidak menyangkut perintah dan tanggung jawab, melainkan penyampaian informasi dalam rangka memberikan pelayanan kepada pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif. Hubungan tata usaha tersebut terwujud dalam bentuk surat, formulir, salinan kutipan, tembusan, dan sebagainya.

Dapat dikatakan bahwa peran tata usaha adalah melancarkan kehidupan dan perkembangan suatu organisasi dalam keseluruhannya karena fungsinya sebagai pusat ingatan dan sumber dokumen. Fungsi kantor yang dimaksud adalah menghimpun, mencatat, mengolah, mengadakan, mengirim, dan menyimpan. Fungsi pertama adalah menerima informasi (receiving information). Informasi tersebut diterima dari berbagai bentuk, seperti surat, telepon, pesanan, faktur, laporan, keluaran komputer, pengiriman dari faksimili dan sebagainya. Fungsi kedua adalah merekam informasi (recording information), yang bertujuan untuk menyimpan informasi untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan. Isi rekaman adalah rincian negosiasi, transaksi, operasi, (misalnya: korespondensi, persanan, faktur), ringkasan rincian (misalnya: laporan keuangan dan manajemen, rekaman stok, dan analisis penjualan. Fungsi ketiga adalah mengolah informasi (preparing and arranging information). Mengolah informasi ialah mengimpulkan informasi, mengolah, merangkum, mengklasifikasikan, menafsirkan, mengadakan, dan memproduksi. Hasil yang diperoleh dari pengolahan tersebut berupa faktur, laporan statistik, laporan keuangan, dan sebagainya. Fungsi keempat adalah memberikan informasi atau menyebarkan informasi. Fungsi tersebut umumnya dilakukan melallui surat atau laporan, faktur, telepon, rapat, komputer, atau secara langsung berhadapan. Fungsi terakhir adalh kegiatan melindungi aset (safeguarding assets) melindungi aset termasuk dalam kegiatan menjaga informasi, seperti mencatat dan memantau peralatan utama, melaporkandebert, memantau keuangan organisasi, dan melindungi kontrak besar.

Berdasarkan penjelasan peran tata usaha dan fungsi kantor di atas, berikut adalah empat pendapat dari pakar-pakar ilmu administrasi mengenai tata usaha:

George Terry: pekerjaan perkantoran meliputi penyampaian keterangan secara lisan dan pembuatan arsip-arsip dinamis dan laporan-laporan sebagai cara untuk mringkaskan banyak hal dengan cepat guna menyediakan suatu landasan fakta bagi tindakan kontrol dari pimpinan.

Wiliam Leggingwell dan Edwin Robbinson: pekerjaan perkantoran berkenaan pertama-tama dengan arsip-arsip dinamis dari suatau badan usaha, pemakaian dan pemeliharaanny, agar dapat dipergunakan untuk mencari keterangan di kemudian hari. Arsip-arsip tersebut mungkinn merupakan sejarah pelaksanaan urusan-urusan badan usaha yang bersangkutan sebagaimana yang digambarkan oleh daftar-daftar perhitungan, surat menyurat, surat-surat perjanjian, surat-surat pesanan, laporan-laporan, dan segala mancam nota tertulis dan tercetak.

The liang Gie: Office Work atau tata usaha dirumuskan sebagai segenap rangkaian aktvitas mengimpun, mencatat, mengolah, mengadakan, mengirim, dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam setiap tata usaha kerja sama.

Adi Warsidi: Tata usaha adalah rangkaian kegiatan dalam menyimpan bahan-bahan informasi yang diperlukan dalam rangka usaha bersama mencapai tujuan organisasi.

Pekerjaan/kegiatan/aktivitas perkantoran sebenarnya mencakup seluruh kegiatan yand ada di kantor. Pekerjaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

  1. Menerima pesanan-pesanan barang atau jasa, mengantarkan, dan mengirimkannya dengan kapal,
  2. Membuat rekening,
  3. Surat menyurat/korespondensi, mendikte, mengetik surat,
  4. Menyimpan arsip dinamis dan arsip inaktif, serta arsip statis,
  5. Menyampaikan hutang dan mengumpulkan perhitungan-perhitungan yang diselesaikan,
  6. Mengurus, mendistribusikan dan mengirimkan surat-surat pos,
  7. Pekerjaan memperbanyak/menggandakan arsip dinamis dan membubuhkan alamat,
  8. Macam-macam pekerjaan, seperti menelepon menerima tamu, dan pekerjaan pesuruh,
  9. Tugas-tugas khusus dengan maksud menyederhanakan sistem, menggabungkan, menambah, atau menghapus pekerjaan yang tidak perlu,
  10. Membuat arsip-arsip dinamis/laporan (mencatat data yang diinginkan).

Menurut Charles O. Libbery dalam (Laksmi:2008), yang membagi pekerjaan perkantoran menjadi 9 besar kelompok yang masing-masing terdiri dari 9 hingga 10 butir, pekerjaan perkantoran sangat luas cakupannya. Kesembilan kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Ruang perkantoran (office space). Pekerjaan perkantoran dalam kelompok ini meliputi menata ruang dan dekorasinya, mengatur sirkulasi udara, cahaya, suara, dan warna, serta mengatur kenyamanan bagi orang yang bekerja di dalam ruangan tersebut. Selain itu perkerjaan juga mencakup perawatan secara teratur.
  2. Komunikasi (communication). Pekerjaan perkantoran dalam lingkungan komunikasi mencakup aaturan-aturan dan norma yang diterapkan dalam komunikasi antara pekerja, serta komunikasi antara organisasi dan lingkungan eksternal.
  3. Kepegawaian perkantoran (office personel). Pekerjaan ini terdiri dari kegiatan pengelolaan pegawai, mulai dari kegiatan merekrut, menyeleksi, orientasi, penerimaan pekerja, pengembangan, hingga mengurus data-data pekerja, eveluasi kerja, merancang spesifikasi dan deskripsi pekerjaa.
  4. Perabotan dan perlengkapan (furniture and equipment). Pekerjaan perkantoran mencakup seleksi dan menata perabotan dan perlengkapan kantor, mulai dari menja kerja, lemari, serta peralatan elektronik seperti komputer. Pekerjaan juga meliputi perawatan.
  5. Peralatan dan mesin (appliances and machines). Pekerjaan perkantoran dalam kelompok ini meliputi seleksi peralatan dan mesin yang dibutuhkan oleh kantor, memberi pengamanan dan perawatan.
  6. Perbekalan dan keperluan tulis (supplies and stationery). Pekerjaan ini mencakup pengeolaan dan keperluan tulis, serta penghematan dan perawatannya.
  7. Metode (Methods). Pekerjaan perkantoran dalam kelompok ini meliputi pengelolaan cara kerja atau mekanisme suatu pekerjaan dilakukan, meliputi prosedur, alat yang digunakan, dan berapa lama waktu yang diperlukan.
  8. Arsip dinamis (records). Bagian ini mencakup kegiatan pengelolaan arsip, yaitu dokumen-dokumen yang sedang dan sudah digunakan oleh kantor, mulai dari penciptaan, pemakaian, penyimpanan retensi, hingga pemusnahannya.
  9. Kontrol pejabat pimpinan (executive controls). Pekerjaan perkantoran ini mencakup pengawasan terhadap pimpinan, mulai dari pemikiran-pemikiran, perilaku, keteladanan, pekerjaan dan hasilnya, kebijakan dan peraturan, serta pertanggungjawabannya. Atas apa yang telah dilakukannya.

Menurut Laksmi (2008) hingga abad ke-21 ini, menajemen perkantoran, yang disebut juga sebagai administrasi perkantora, telah banyak mengalami perubahan. Pada masa lalu manajemen perkantoran lebih merupakan suatu keterampilan atau seni praktis, tetapi dalam pertumbuhannya kemudian menjadi bersifat ilmiah dan dipelajari sebagai sekumpulan pengetahuan ilmiah atau sains. Tonggal perubahan tersebut terjadi setelah revolusi industri pada abad ke-18.

Pada masa lalu, karyawan kantor bekerja 11 jam per hari dengan peraturan yang ketat, seperti tidak boleh berbicara satu dengan yang lainnya selama jam kerja, meninggalkan ruang harus dengan izin manajemen dan upah yang rendah. Setelah recolusi industri sekotar tahun 1870-an, muncul mesin tik dan telepon oleh Alexander Graham Bell. Kedudukan karyawan kantor agak terangkat, dan mereka mengerjakan lebih banyak pekerjaan perkantoran (paperwork). Pada tahun 1930, mazhab manajemen ilmiah melontarkan prespektif baru yang lebih rasional dalam praktek bisnis. Orientasi lebih terfokus pada sisi manusia. Beberapa mesin berkembang, mesin tik listrik, kalkulator, komputer, mesin foto kopi dan sebagainya.

Awal tahun 1980-an, sektor telekomunikasi dan teknologi informasi/globalisasi informasi berkeembang pesat. Efisiensi menjadi prinsip inti dalaam menajemen. Istilah-istilah sejenis pun muncul dalam kehidupan masyarakat modern saat ini, misalnya seperti minimallis dan instan. Lingkungan organisasi yang mencakup dunia internasional, dengan penggunakan bahasa dan budaya yang bersifat multikultural, membuat terjadinya perubahan pada semua unsur perkantoran, mulai dari bentuk organisasi, mekanisme kerja, komunikasi antar organisassi, perlengkapan dan fasilitas kantor, hingga gedung perkantoran. Perubahan tersebut tidak bisa diamati hanya dari sudut ilmu manajemen, tetapi perlu disikapi pula dari berbagai perspektif, uaitu melalui disiplin ilmu sosial dan antropologi.

Tokoh-tokoh yang berjada dalam mengembangkan ilmu administrasi perkantoran antara lain adalah William Henry Leffingwell (1876-1934) dan henry Arthur Hopf, dan juga tokoh administrasi modern, yaitu Federich W.Taylor.

Penentuan Lokasi untuk Menunjang Aktivitas Kantor

Untuk perusahaan besar saat ini, sebagian besar telah melalui beberapa gelombang perubahan dalam kegiatan mereka yang dikelola – dari pengembangan pusat layanan bersama, untuk pengaturan outsourcing, inisiatif otomatisasi.

Offshoring – relokasi kegiatan tertentu untuk lokasi asing, dengan ribuan mil jauhnya – setidaknya telah ada sebagai pilihan sejak 1980-an, diadopsi oleh beberapa penggerak awal, salah-satu yang sedang dipertimbangkan oleh sebagian besar perusahaan. Sebuah survey terbaru dari 275 eksekutif keuangan di perusahaan multinasional, menemukan bahwa 18 persen saat menggunakan outsourcing lepas pantai, dengan lebih banyak mempertimbangkan pilihan ini dalam beberapa tahun ke depan .

Meningkatnya penggunaan offshoring adalah bagian dari pencarian yang tidak pernah berakhir untuk efisiensi dan pengurangan biaya di perusahaan besar. Tren ini sangat lazim di kantor sebagai dukungan untuk aktivitas kantor, dan karena itu terbuka untuk yang terletak di lokasi dengan biaya yang lebih rendah. Adalah mungkin untuk mengidentifikasi beberapa perbedaan penting antara pilihan lokasi yang berbeda .  ·

Untitled

Co- Location. Bagi mereka yang melibatkan keahlian tingkat tinggi dan interaksi yang signifikan dengan eksekutif senior di perusahaan, co – lokasi mungkin diperlukan. Hal ini, tentu saja, pengaturan mutlak karena kegiatan tersebut, termasuk analisis bisnis, penemuan, dan hukum, secara historis telah berada di kantor. Namun, penting untuk menggarisbawahi bahwa bahkan dalam fungsi seperti akan ada sub – kegiatan yang berakhir beralih ke lokasi lain, atau yang otomatis berubah. ·

Virtual Centre of Excellence. Banyak kegiatan melibatkan tingkat keahlian yang tinggi atau profesionalisme, tetapi ada beberapa manfaat dari lokasi individu yang bersangkutan bersama-sama baik pada kantor pusat perusahaan atau lokasi usaha. Misalnya, dalam fungsi Sumber Daya Manusia, kegiatan pembangunan kompensasi & manfaat dan manajemen yang tinggi tetapi mereka dapat dikelola pada hubungan untuk sehari-hari. Dengan demikian, mereka yang dalam mengelola pekerjaannya, kadang-kadang disebut memiliki keunggulan center virtual. Semua kompensasi dan manfaat pekerja akan diberikan dari pusat, tapi mereka akan terus berada dalam operasi yang ada, dan mereka akan melakukan kegiatan dan datang bersama-sama untuk pertemuan .·

Near Shoring. Ini biasanya pusat atau serangkaian kegiatan inti yang dikodifikasikan, kegiatan rutin untuk sejumlah pelanggan korporat. Jika lebih dari satu pusat yang akan digunakan ini dapat dinilai berdasarkan parameter kualitas/biaya untuk mengambil keuntungan dari perbedaan upah antara negara/daerah di kawasan ini, atau alternatif memisahkan kegiatan ke berbagai pusat misalnya Dibayar dalam satu lokasi, dan proses transaksi HR di lain rekening. Misalnya, untuk bisnis mempertimbangkan Organisasi Shared Service untuk melayani Barat dan Eropa Timur, ini berarti mencari pusat dalam batas geografis ini .·

Off Shoring . Offshoring mengacu terutama untuk negara-negara berkembang , seperti India , Filipina , dan China . Perbedaan antara dekat pantai dan lepas pantai sangat relevan bagi perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika , yang biasanya memiliki lokasi menengah – biaya ( misalnya Polandia , Turki , Meksiko ) yang tersedia yang lebih dekat daripada negara-negara berkembang besar di Asia .Offshoring adalah pilihan yang lebih disukai untuk kegiatan-kegiatan yang mudah routinised , dan yang menawarkan hasil yang sangat berarti untuk skala . Sejumlah besar pekerjaan perbankan back-office dan call center dilakukan di lokasi tersebut . Semakin , perusahaan juga bereksperimen dengan kegiatan nilai tambah yang lebih tinggi .Misalnya , pada bulan Agustus 2003 , Citigroup dan HSBC mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan beberapa pekerjaan bank investasi analis mereka ke India . Namun, juri masih keluar pada apakah langkah tersebut benar-benar masuk akal . ·

Otomatisasi . Untuk kegiatan yang dapat sepenuhnya rutin , adalah mungkin untuk menghapus komponen manusia sama sekali dan mengotomatisasi mereka. Namun, bahkan untuk kegiatan seperti pemrosesan cek atau gaji akan selalu ada pengecualian yang perlu pengolahan dengan campur tangan manusia. Ini berarti bahwa sepenuhnya otomatis adalah visi daripada kenyataan pada saat ini sehingga otomatisasi hampir selalu terjadi bersama-sama dengan salah satu pilihan lain. Misalnya, sebuah bank investasi baru-baru ini otomatis mayoritas kas aktivitas pemukiman ke penyedia layanan outsourcing. Namun unsur-unsur dari proses yang tidak dapat otomatis telah ditinggalkan terletak dalam bisnis . Alasannya adalah bahwa biaya yang dibuat kompleks, aturan sistem dinamis akan lebih besar daripada mempertahankan campur tangan manusia .

Peranan Pekerjaan Kantor Bagi Pimpinan

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, pimpinan tidak dapat lepas dari kebutuhan informasi. Kantor merupakan satuan terpusat yang memberikan pelayanan. Secara garis besari, pekerjaan kantor mempunyai tiga peranan pokok:

  1. Melayani pelaksanaan pekerjaan operasional guna membantu pelaksanaan pekerjaan pokok untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
  2. Menyediakan keterangan bagi pimpinan organisasi untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat
  3. Membantu melancarkan kehidupan dan perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan.

Selanjutnya, berbagai macam keterangan disediakan sesuai dengan kebutuhan, dan keterangan tersebut memudahkan tercapainya tujuan yang diinginkan, atau memungkinkan penyelesaian pekerjaan operasional dengan lebih baik. Hasil pencatatan keterangan, sangat dibutuhkan oleh pimpinan dalam rangka: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan fungsi manajemennya.

Disamping itu pekerjaan kantor juga mempunyai peranan melancarkan kehidupan dan perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan, karena fungsinya sebagai pusat ingatan, pusat kegiatan, perlu upaya pencatatan yang cermat, pengelolaan arsip secara tertib, guna penilaian atau penyusunan program perkembangan organisasi lebih lanjut.

Seorang pimpinan memerlukan informasi yang bersifat umum yang memberikan kepadanya kesempatan untuk mengetahui secara keseluruhan tentang apa yang terjadi dalam organisasinya. Pimpinan akan memakai informasi itu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

III.             Kesimpulan

Secara umum, kantor dapat diartikan sebagai tempat dimana dilakukan berbagai macam kegiatan pelaksanaan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Akan tetapi dengan perkembangan pesat dewasa ini, kantor mempunyai makna lebih dari hanya sekedar tempat, melainkan sebagai pusat kegiatan penyediaan informasi, guna menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan disegala bidang. Berdasarkan hal tersebut, maka lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa “Kantor” adalah tempat diselenggarakannya kegiatan menangani informasi, proses menangani informasi, mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai menyalurkan/mendistribusikan informasi. Kantor juga memiliki arti yaitu, setiap tempat, dimana biasanya pekerjaan kantor dilakukan dengan nama apapun juga diberikan kepada tempat tersebut serta unit-organisasi yang terdiri atas tempat, staff personil, dan operasi ketatausahaaan, guna membantu pimpinan.

Dari apa yang telah diuraikan jelas bahwa pekerjaan kantor meluputi pembuatan/pencatatan informasi yang beringkat kemanfaatannya. Pekerjaan kantor merupakan kegiatan penunjang yang tidak berdiri sendiri, tetapi diperlukan bantukan untuk menunjang dalam melaksanakan tugas manajerialnya.

Daftar Pustaka

Denyer, J. C. (1974). Office Management. Macdonald & Evans.

Dewi, I. C. (2011). Manajemen Perkantoran. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Evison, A., Birkinshaw, J., Barden, R., & Terjesen, S. (2004). Back Office Activities: Offshore or not offshore? European Business Forum, 38-42.

Gie, T. L. (2009). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Jakobsen, S.-E., & Knut , O. (2003). The role and functions of Head Offices: Towards increased complexity? Working Paper, 1-25.

Laksmi, Gani, F., & Budiantoro. (2008). Manajemen Perkantoran Modern. Jakarta: Penaku.

Moekijat. (1984). Kamus Kepegawaian. Bandung.

Quible, Z. K. (2001). Administrative Office Management: And Introduction (7th ed.). New Jersey, USA: Prentice-Hall, Inc.

Rismansah, D. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.

Rose, A. (2011). Studi Tentang Pelaksanaan Tugas dan Fungsi di Kecamatan Bontang Barat Kota Bontang. Universitas Mulawarman.

Fungsi dan Aktivitas Kantor Paper

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK YANG MEMPENGARUHI KONDISI KANTOR

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK YANG MEMPENGARUHI KONDISI KANTOR

 

Wina Nurfitriani

(135211028)

2A. Administrasi Bisnis D3

Politeknik Negeri Bandung

Abstract

In a layout of an office there are factors that affect the condition of the office. Physical factor is the one that is exist and importance for the productivity of employees in an organization. In a layout of an office there are factors that affect the condition of the office. Office work environment is everything that exists around the workers or employee in the form of a state of physical condition that can affect them in carrying out the tasks assigned from the organization where he worked. Physical environment affect is the physical contion of the office include lighting, air, sound, color, and motion control in the form of physical or their application can be felt in the office. That if not applied properlu will affect the productivity of the office, and hinder the performance of an organization. Many companies do not relize main factor that influence the comfort of employees in the work. Not only in terms of visual aesthetics, but aesthetics are highlighted in terms of health and long-term health of the employees need to be considered through the physical environment office of factors to the performance of an organization. This journal discussed the factors that become a major segment in shaping the physical environment of good office. The method used is literature study that is expected to produce a scientific journal that provides good spatial concept to improve employees productivity

Dalam suatu layout suatu kantor terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kantor. Faktor lingkungan fisik adalah faktor yang tidak terasa namun ada keberadaannya dan penting pengaruhnya bagi produktivitas kerja karyawan di suatu oraganisasi. Lingkungan kerja kantor adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja atau pegawai atau karyawan yang berupa keadaan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepada dirinya dari organisasi dimana ia bekerja. Lingkungan fisik yang mempengaruhi kondisi kantor diantaranya adalah kondisi pencahayaan, udara, suara, warna, dan kontrol gerak yang berupa fisik atau pengakplikasiannya langsung dapat dirasakan di kantor. Hal tersebut jika tidak diterapkan secara baik akan mempengaruhi produktivitas kantor, dan menghambat kinerja suatu organisasi. Banyak perusahaan belum menyadari faktor utama yang menjadi kenyamanan karyawannya dalam bekerja. Bukan hanya estetika dari segi penglihatan yang ditonjolkan namun estetika dari segi kesehatan dan jangka panjang untuk kesehatan para karyawan perlu di perhatikan melalui lingkungan fisik kantor yang menjadi faktor penentu kinerja suatu oraganisasi. Di dalam jurnal ini dibahas mengenai faktor-faktor yang menjadi segmen utama dalam membentuk lingkungan fisik kantor yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kepustakaan yang diharapkan dapat menghasilkan jurnal ilmiah yang memberikan konsep tata ruang yang baik untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

  1. Pendahuluan
    • Latar Belakang Masalah

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh besar atas pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Pada umumnya lingkungan tidak dapat dikuasai oleh perusahaan sehingga perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lingkungan kerja kantor merupakan hal penting namun sering diabaikan. Lingkungan kantor mempengaruhi bagaimana kinerja suatu organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kantor salah satunya adalah lingkkungan fisik.

Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya pencahayaan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi, 2001).

Sedangkan Menurut Handoko (1995:84), lingkungan fisik kerja adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja yang meliputi temperatur, kelembapan udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran-getaran mekanis, warna dan lain-lain yang dalam hal ini bepengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

Kesadaran akan faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan fisik di kantor akan memberikan keuntungan bagi suatu organisasi. Begitupun sebaliknya ketidaknyamanan lingkungan fisik kantor akan menghambat atau memberikan dampak negatif bagi bagi organisasi itu sendiri.

Lingkungan fisik didukung oleh pemberian fasilitas sederhana yang menunjang kondisi kantor, seperti halnya penggunaan warna cat dinding dan pencahayaan lampu ataupun matahari. Hal tersebut sering diabaikan namun berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak faktor dari lingkungan fisik yang mempengaruhi kondisi kantor.

Lingkungan kerja kantor harus berorientasi pada keinginan dan kebutuhan karyawan sehingga mereka bekerja tanpa harus mengalami gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan mereka dalam bekerja.

  • Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apa saja faktor lingkugan fisik yang akan mempengaruhi kondisi kantor?”.

  • Pembatasan Masalah

Adapun batasan pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah membahas faktor lingkungan fisik kantor yang mempengaruhi kondisi di kantor.

  • Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor lingkungan fisik apa saja yang akan mempengaruhi kondisi kantor.

  • Metode Penelitian

Pada teknik ini, penulis banyak membaca buku-buku/naskah/brosur yang ada hubungannya dengan objek penelitian dan penulis mengunjungi beberapa situs untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang diperlukan yang ada hubungannya dengan obyek penelitian di Internet.

  1. Tinjauan Pustaka
    • Konsep Lingkungan Kerja

Lingkungan adalah sesuatu yang tampak dan terlihat di alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Pengertian lain secara kantor juga menyebutkan lingkungan adalah segala hal yang terkait dengan kegiatan operasional perusahaan dan bagaimana kegiatan operasional tersebut dapat berjalan dengan baik. Lingkungan kerja yang baik akan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan hal ini dapat dilihat dari peningkatan penggunaan teknologi dan cara produksi yang lebih modern, sarana, prasarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan para pekerja serta suasana lingkungan kerja itu sendiri.

Lingkungan perusahaan adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang terkait atau berhubungan langsung dengan kegiatan sehari hari dari suatu organisasi, dan mempengaruhinya secara langsung terhadap setiap program, kebijakan, hingga denyut nadinya perusahaan.Lingkungan perusahaan banyak sekali sehingga sulit disebutkan satu persatu, adapun salah satu yang termasuk dalam lingkungan perusahaan adalah perundang-undangan beserta peraturan lainnya, sistem birokrasi, dan sistem nilai masyarakat.

Syarat-syarat untuk dapat bekerja dengan perasaan tentram, aman dan nyaman mengandung dua faktor utama yaitu faktor fisik dan non fisik. Menurut Slamet Saksono berpendapat bahwa: “Segala sesuatu yang yang menyangkut faktor fisik yang menjadi kewajiban serta tanggung jawab perusahaan adalah tata ruangan kerja. Tata ruangan kerja yang baik adalah yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan bagi karyawan.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan gangguan yang ditimbulkan terhadap karyawan” (Saksono, 1998:105).

Dari segi kemampuannya seorang karyawan dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) dalam menjalankan suatu pekerjaannya di kantor. Faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan secara eksternal adalah kondisi lingkungan fisik kantor. Faktor-faktor lingkungan fisik kantor banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan di suatu organisasi.

Suasanan lingkungan fisik kantor yang nyaman dan menyenangkan merupakan keinginan setiap karyawan.

Unsur-unsur lingkungan kerja fisik menurut Anoraga dan Widiyanti (2001) kondisi lingkungan kerja fisik meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

  • Pertukaran udara, yaitu agar setiap ruang diberi ventilasi yang cukup supaya karyawan merasa nyaman saat bekerja.
  • Pencahayaan yang cukup, untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian maka diperlukan pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan.
  • Kebisingan, lingkungan kerja yang ramai dapat mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan.

Tiffin dan Mc Cormick (Trianasari, 2005) mengemukakan beberapa aspek lingkungan kerja fisik yaitu :

  • Peralatan kerja, perlengkapan yang tersedia merupakan komponen yang menunjang aktivitas kerja.
  • Sirkulasi udara, sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan sangat diperlukan terutama jika didalam ruangan yang penuh dengan pegawai.
  • Pencahayaan atau pencahayaan, fasilitas pencahayaan dalam ruangan yang cukup memadai akan mendukung kelancaran dalam bekerja.
  • Kebisingan atau suara gaduh, bising yang ada dalam lingkungan kerja akan mengganggu konsentrasi.
  • Tata ruang kerja, penataan, pewarnaan dan kebersihan setiap ruangan akan berpengaruh terhadap karyawan pada saat melakukan pekerjaan.
  • Tata Ruang Kantor

Menurut Sedarmayanti (2005:2), kantor adalah tempat diselenggarakan proses penanganan informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan sampai menyalurkan informasi.Tempat melakukan kegiatan ini tentu saja sebuah bangunan yang memiliki berbagai peralatan untuk mendukung terselenggaranya pekerjaan dengan baik.

Agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik maka ruang kerja itu perlu di tata sedemikian rupa atau menggunakan tata ruang kantor yang baik. Tata ruang kantor merupakan faktor penting yang turut menentukan kelancaran kerja karyawan, rasa kepuasan karyawan dan pelanggan (tamu). Semakin baik tata ruang kantor akan memberikan rasa aman dan nyaman dalam bekerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Sehingga sebuah kantor baik itu instansi pemerintah maupun perusahaan swasta memerlukan penataaan ruang kantor yang baik. Penataan ruang kantor mulai dari penempatan meja, kursi, alat-alat perkantoran harus mempertimbangkan luas ruangan dan jumlah para pegawai yang ada di dalam ruangan tersebut.

Menurut The Liang Gie (2007:186), tata ruang kantor diartikannya menjadi dua pengertian

yaitu: Pertama, menurut Littlefield & Peterson , tata ruang perkantoran dapat dirumuskan sebagai penyusunan perabotan dan alat perlengkapan pada luas lantai yang tersedia. Kedua, menurut George Terry, tata ruang perkantoran adalah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruang ini untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak.

Menurut Komaruddin (1998), agar penataan ruang kantor dapar dilakukan dengan baik, maka perlu berdasarkan azas-azas tertentu, adapun azas tata ruang kantor adalah:

  1. Azas jarak terpendek
  2. Azas rangkaian
  3. Azas penggunaan segenap
  4. Azas perubahan tempat kerja

Disamping azas tata ruang kantor yang perlu diperhatikan, ada pula prinsip-prinsip yang perlu di pedomani untuk menata ruang kantor. Menurut MC Maryati (2008:148) prinsip-prinsip tata ruang kantor adalah sebagai berikut:

  1. Pekerjaan harus mengalir secara terusmenerus.
  2. Fungsi yang sama atau berhubungan diletakkan berdekatan.
  3. Pengaturan perkakas membuat pengawasan lebih mudah.
  4. Tidak permanen, agar fleksibel jika terjadi perubahan.
  5. Ada ruang yang cukup untuk bergerak atau berjalan.
  6. Pekerjaan yang menimbulkan suara gaduh, misalnya bagian produksi dijauhkan dari yang lainnya.
  7. Ruang pimpinan dipilih yang tenang karena lebih banyak membutuhkan konsentrasi dalam bekerja.
  8. Pengaturan tata letak membuat jarak tempuh lebih pendek sehingga menghemat tenaga.
  1. Pembahasan
    • Sistem Pencahayaan di Kantor

Pencahayaan merupakan hal utama di ruangan kantor. Karena hal ini mempengaruhi produktivitas seorang karyawan dalam penglihatannya ketika bekerja. Penglihatan akan terganggu ketika pencahayaan itu sendiri kurang baik.

Dalam bangunan kantor, pencahayaan sangat memberikan pengaruh terhadap konsumsi energi bangunan. Berdasarkan penelitian di Amerika, konsumsi energi untuk pencahayaan elektrik pada bangunan komersial di tahun 2002 dapat mencapai 35%. Di Kanada, kantor dan bangunan institusional, konsumsi energinya dapat mencapai 30%. Hal ini dikarenakan cahaya merupakan aset paling penting dalam produktivitas kantor.

Aktivitas dalam kantor membutuhkan kuantitas cahaya tertentu yang harus dipenuhi agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, nyaman dan produktivitas kerja para karyawan meningkat. Jika lingkungan penerangan ruang tergolong buruk, dapat menyebabkan ketidakpuasan pekerja, menurunkan produktivitas kerja, dan tidak baik untuk kesehatan visual.

Pengaruh lingkungan penerangan terhadap kualitas ruang pada satu ruang berbeda dengan ruang yang lain. Ruang kantor yang berukuran kecil memiliki kualitas ruang yang berbeda dengan ruang kantor yang berukuran besar meskipun kedua ruang tersebut menggunakan strategi penerangan yang sama. Kualitas ruang yang dihasilkan dari desain ruang dan lingkungan penerangan di dalamnya dapat direspon dengan tanggapan yang berbeda oleh pengguna ruang. Tanggapan dapat berasal dari respon terhadap kuantitas ataupun kualitas penerangan ruang.

Pencahayaan di lingkungan fisik kerja akan baik apabila karyawan merasa nyaman dengan penglihatannya akibat dari pencahayaan yang seimbang. Sehingga mata tidak mudah lelah akibat pencahayaan yang kurang atau berlebihan

Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assauri (1993:31) adalah sebagai berikut:

  1. Sinar cahaya yang cukup.
  2. Sinarnya yang tidak berkilau dan menyilaukan.
  3. Tidak terdapat kontras yang tajam.
  4. Cahaya yang terang
  5. Distribusi cahaya yang merata
  6. Warna yang sesuai.

Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di kantor, antara lain:

  1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-satunya
  2. Task lighting, digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarang digunakan pada kantor-kantor di Indonesia karena alasan kepraktisan. Agar pencahayaan baik maka disarankan agar jenis ini dapat dikombinasikan dengn ambient lighting, sehingga pekerjaan yang tidak terlalau membutuhkan tinggat pencahayaan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan pekerjaa yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task lighting.
  3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju. Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong atau koridor sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan pencahayaan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
  4. Natural lighting, cahaya matahari yang berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya langit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pegawai, namun cahaya ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendung atau gelap. Untuk itu, perusahaan perlu menggunakan sistem pentimpanan cahaya materi (solar energy saving system) cahaya ijinis cahaya ini tetap dapat digunakan. Cahaya ini juga tidak mampu menjangkau ke area kerja, dan pada hari sangat terang, intensitas cahaya alami dapat mengakibatkan cahaya harus dikontrol. Pegawai, yang area kerjanya menggunakan cahaya alami, harus berada pada kondisi dimana cahaya datang dari bahu kirinya jika ia menggunakan tangan kanan dan dari bahu kanan jika menggunakan tangan kidal. Seharusnya karyawan tidak menghadap jendela pada posisi kerja normal. Apabila cahaya alami digunakan untuk menerangi area kerja, perlu dipertimbangkan dampak penggunaan temparatur udara terhadap ruangan kerja. Karena cahaya alami menghasilkan panas, pendingin udara harus digunakan-khususnya pada musim panas-untuk mengurangi efek panas tersebut.

Quible (2001) menyelakan ada 4 jenis cahaya yang dpat digunakan di kantor, yaitu:

  • Cahaya alami, yang berasal dari sinar matahari
  • Cahaya Incandescent, dengan menggunakan tabung filament, cahaya ini paling sering digunakan di rumah. Cahaya ini juga dapat digunakan secara efektif di perkantoran, meskipun fluorescent lebih efisien. Cahaya incandescent kadang kala digunakan untuk membuat panel cahaya tidak monoton dan untuk menarik perhatian pada beberapa area. Cahaya ini paling tidak efektif jika dibandingkan dengan energy yang dikonsumsi, meskipun biaya pemasangannya lebih murah dibandingkan dengan cahaya fluorescent. Kelemahan yang lain adalah tidak tahan lama, warna yang dihasilkan tidak alami, dan menghasilkan banyak bayangan serta silau.
  • Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang lain digunakan pada ruangan perkantoran dengan tingkat terang yang mirip dengan cahaya alami.

Meskipun pemasangan lebih mahal dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai beberapa kelebihan:

  • Memproduksi lebih sedikit panas dan silau
  • Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama dibandingkan dengan    incandescent
  • Mengkonsumsi lebih sedikit listrik
  • Keterangan yang diberikan lebih tersebar
  • Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahaya incandescent.
  • High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah sesuatu yang baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah raga, yang memberikan pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah efeknya yang menyuilitkan untuk membedakan beberapa warna.

Terdapat tiga penilaian yang dapat digunakan dalam mengatur efektivitas pencahayaan kantor:

  1. Visiblity, karyawan harus mempu melihat degnan nyaman serta jelas
  2. Fokus, pencahayaan harus bisa memusatkan perhatiannya dalam pelaksanaan tugas      yang dikerjakannya.
  3. Image, dengan memodifikasi tingkat pencahayaan, yang meliputi pemilihan jenis lampu, jenis warna, serta intensitas cahaya akan memberikan kesan yang berbeda bagi karyawan.

Sistem Pencahayaan

Terdapat lima jenis sistem pencahayaan yang dapat digunakan oleh organisasi, diantaranya adalah:

  1. Direct, dengan mengarahkan cahaya 90-100% secara langsung ke area kerja, sistem ini mengakibatkan silau dan bayangan karena hanya sedikit cahaya yang tersebar. Kecuali cahaya berada dekat satu sama lain, area kerja tidak akan mendapat cahaya yang sama.
  2. Semi direct,  dengan pencahayaan semi direct 60-90%, cahaya diarahkan ke bawah dan sisanya diarakhakn ke atas lalu dilpantulkan kembali ke bawah. Sistem ini menghilangkan beberapa bayangan yang merupakan kelemahan sistem
  3. Indirect, sistem ini direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor, karena cahaya yang desebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulknan dari pencahayaan yang digunakan. Dengan sistem ini 90-100% cahaya pertama diarahkan ke aatas dan kemudian menyebar dan memantul ke area kerja.
  4. Semi indirect, sistem ini akan mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian dilantulkan ke bawah dan sisanya juga diarakan ke area kerja. Meskipun sistem ini menghasilkan jumlah cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama dengan indeirect, bayangan dan silau masih menajdi kendala bagi sistem semi indirect.
  5. General Diffuse. Sistem ini mengarahkan 40-60% cahaya ke arah area kerja, dan sisanya diarahkan ke bawah. Meskipun sistem ini menghasilakan lebih banyak cahaya yang lebih dengan tingkat watt dengan semi indirect, bayangan dan silau jubga lebanyak dari sistem

Perbedaan penataan cahaya pada dua ruangan utama di sebuah kantor :

  1. Ruang rapat, ruang rapat menggunakan lampu   fluorescent yang linear, sedangkan yang terakhir menggunakan chandelier dengan cahaya yang terfusi atau gabungan. Dengan cahaya yang tidak langsung dua ruangan terakhir akan menghasilakn cahaya yang lembut. Penataan cahayaan yang baik telah fokus pada meja rapat namun pencahayaan dari luar melalui jendela terlalu membuat fokus cahaya menjadi pudar. Penataan cahaya yang terbaik adalah dengan pencahayaan yang berimbang, tampak lebih elegan. Kondisi ini ditambah adanya kemungkinan menggukan dua hingga tiga jenis lampu yang dapat dimatikan atau dihidupkan sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan perserta rapat.
  2. Ruang lobby. Pada ruang lobby, kafetaria maupun ruang publik lain dibutuhkan pencahayaan yang secara visual melegakan. Cahaya difokuskan pada resepsionis yang siap menyambut pengunjung atau tamu dengan ruangan lebih lembut dan nyaman.

Pencahayaan yang paling baik adalah penggunaan cahaya matahari membuat kesan kantor lebih alami dan penggunaan lampu bercahaya tidak langsung akan dapat memfokuskan perhatian pengunjung pada resepsionis dan panapan nama perusahaan. Cahaya matahari juga menyehatkan lingkungan kantor karena dapat membunuh kuman dan penyakit yang terdapat di lingkungan kantor. Kesehatan karyawan dapat terjaga apabila pencahayaan matahari dapat lebih dimaksimalkan.

Perawatan Lampu/Pencahayaan

Perawatan lampu atau pencahayaan dilakukan karena semakin lama lampu dinyalakan maka akan semakin berkurang pula efek pencahayaannya. Penurunan cahaya pada lampu mulai terjadi setelah 100 jam penggunaan. Namun pada beberapa situasi jika pemakaian lampu diigunakan terus menerus maka kurang dari 100 jam terjadi penurunan pencahayaan. Akan lebih efektif jika penggantian lampu dilakukan secara rutin.

Saat ini beberapa perusahaan sudah melakukan penggantian lampu dan pembersihan atap secara berkala dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. Pembersihan atap dikarenakan apabila atap kotor hasil dari pemantulan cahaya menjadi kurang baik atau kurang efektif. Kotoran atau debu serta pemakaian lampu yang terlalu lama akan mengurangi cahaya hingga 50%.

  • Pemilihan Warna

Warna merupakan salah satu bagian dalam lingkungan fisik perkantoran yang memiliki dampak penting bagi karyawan yaitu dampak psikologisnya baik ataupun buruk pada produktivitas kerja, kenyamanan, kelelahan, moral, tingkah laku dan ketenangan dari karyawan tersebut. Pemilihan warna pada kantor bukan saja memiliki nilai estetika kantor, namun juga memiliki nilai fungsi yang tidak sering kita sadari.

Setelah dianalisis dari berbagai sumber buku terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan warna, diantaranya adalah:

  1. Kombinasi warna.

Kombinasi atah percampuran dari warna utama atau dasar atau primer kuning merah, dan biru menghasilkan warna sekunder.  koordinasi warna yang digunakan adalah:

  • Warna komplementer adalah warna yang saling berlawanan pada bagan warna. Contohnya, merah-hijau, kuning-ungu dan biru-oranye.
  • Warna split komplementer warna pada sisi dari warna komplementer contohnya, biru-violet dan biru-violet adalah warna split komplementer darai oranye.
  • Warna triad tiga warna yang berjarak satu sama lain pada bagian warna. Warna triad adalah oranye, hijau, violet, atau kuning-oranye, biru-hijau, dan merah-violet.
  1. Efek Cahaya pada Warna.

Karena berbagai jenis cahaya buatan mempunyai spektrum yang berbeda, sistem pencahayaan yang digunakan pada kantor juga memiliki efek terhadap pemilihan warna. Sumber cahaya hanya akan meningkatkan warna yang sesuai dengan spektrumnya. Maka pemilihan warna lampu pada pencahayaan akan menentukan jenis warna yang cocok pada ruang kantor.

  1. Nilai dan Dampak Warna

Warna sangat mempengaruhi perasaan seseorang yang dalam hal ini merupakan karyawan. Seperti halnya bunga, warna memiliki arti masing-masing.

Komposisi warna yang ideal :

  1. Warna primer (merah, biru, kuning). Jika dijajarkan tanpa antara akan tampak keras dan tidak harmonis serta tidak bisa dijajarkan dengan yang lain sehingga tidak sedap dipandang.
  2. Warna sekunder (oranye, hijau, violet).

Jika dijajarkan akan menimbulkan kesan yang harmonis, sedap dipandang mata.

  1. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang berada dihadapannya akan menimbulkan warna-warna komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali dipandang mata.
  2. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang terdapat disampingnya akan merusak salah satu dari warna tersebut dan akan terkesan suram.

Cara atau metode penentuan warna disesuaikan jenis pekerjaan di kantor:

  1. Warna cerah: memantulkan cahaya, memperbesar ruang, membuatnya terasa lebih dingin dan dinding-dinding menjauh. Ini mungkin dianggap feminim, tetapi pada waktu yang sama bernuansa bisnis.
  2. Warna gelap: menyerap cahaya, membuat ruang-ruang nampak lebih kecil dan lebih intim. Ini membuat dinding terasa lebih dekat, serta dianggap maskulin dan sederhana.
  3. Warna hangat: merah dan kuning dalam seluruh coraknya membawa kehangatan visual pada sebuah ruang. Meskipun demikian, walaupun corak-corak warna yang lebih hangat dapat melengkapi makanan dan kulit, dan mendorong persahabatan/pergaulan, terlalu banyak merah dapat merangsang secara berlebihan.
  4. Warna sejuk: biru dan hijau dapat membuat pengguna percaya sebuah ruang adalah dingin. Meskipun demikian, hijau dan biru tidak jenuh muda mengendorkan dan menyegarkan, dan nampak baik dalam bahan-bahan alami seperti kayu dan kulit.
  5. Warna primer: merah, kuning dan biru dalah cerah, sederhana, menarik perhatian pada warna-warna itu sendiri dan dapat efektif dimana digunakan dengan kelulasaan.
  6. Warna alami: bahan-bahan berwarna alami cenderung bertahan secara baik.
  7. Warna netral: warna netral hitam, putih, dan corak diantaranya kadang nampak steril, tetapi digabungkan dengan warna-warna lain ini menjadi efektif dan tidak

mengenal batas waktu.

Menggunakan warna secara kreatif membutuhkan keberanian yang disiplin,tetapi ini merupakan sebuah cara yang murah dan efektif untuk meningkatkan ruang, memberikan gaya, mengangkat semangat para pekerja dan menunjukkan citra sebuah perusahaan. Sebagaimana dengan selera warna bersifat sangat pribadi, dan mungkin terkait dengan masa kanak- kanak atau latar belakang budaya. Hijau dianggap tidak beruntung oleh sebagian budaya tetapi sebaliknya oleh budaya-budaya lain. Kuning, hitam, dan putih masing- masing adalah warna belasungkawa di negara- negara berbeda.

Warna yang kita lihat adalah cahaya yang terpantulkan dari permukaan, sehingga 2 obyek warna identik tetapi dengan tekstur tidak serupa nampak sangat berbeda. Jadi warna-warna nampak berubah dalam cahaya-cahaya berbeda (tungsten hangat atau fluoresen sejuk/dingin; sinar matahari pagi atau sore) dan dalam situasi-situasi berbeda.

Sebagian dari skema warna terbaik mempergunakan banyak warna berbeda. Meskipun demikian, ketika beragam bahan digunakan, sangatlah penting memeriksa lampu yang baik untuk memastikan pencocokan warna yang baik. Perubahan- perubahan warna karpet dapat digunakan untuk menunjukkan rute-rute kebakaran, dan bahan- bahan alam keras-kayu batu tulis dapat digunakan dimanabunyi langkah kaki tidak akan akan mengganggu akustik/suara.

Permukaan-permukaan kayu dapat diwarnai dalam serangkaian warna; serta pelapis dan penutup-penutup tirai berstektur, sehingga kotoran/noda terlihat lebih sedikit. Warna Orange dalam sebuah ruangan dapat menambah semangat bekerja.(De Chiara 60). Warna merah mampu meningkatkan tekanan darah dan kerja otot.

Pewarnaan, sebagaimana telah di singgung sedikit diatas, bahwa warna yang dipakai untuk lingkungan kerja adalah warna yang lembut, yaitu warna yang tidak membuat pancaran sinar mencolok atau juga warna yang tidak menyerap sinar hingga merubah kualitas sinar yang ada, lebih dari itu warna tidak menyialaukan atau tidak membuat konsentrasi berkerja menjadi terganggu. Dengan kata warna yang dipilih adalah warna yang membuat ketenangan secara psikologis bagi para karyawan. Secara spesifik pemilihan warna juga disesuaikan dengan penggunaan ruang kerja atau juga warna dapat mempengaruhi suhu udara, baik karena sinar matahari langsung atau karena suhu udara akibat pergantian musim. Moekijat (2002:144) mengatakan, warna mempengaruhi sinar dalam kantor, warna muda akan mengharuskan menambah penerangan, dan warna gelap akan menguranmgi intensitas penerangan, sedangkan warna tua menyerap sinar penerangan. Sebagai contoh, pada ruang yang agak gelap akan menjadi lebih terang bila menggunakan warna muda untuk langit-langit, dinding, dan lantainya.

  • Kontrol Suara

Faktor lingkungan fisik lainnya adalah kontrol suara dimana tingkat kebisingan pada kantor harus dipertimbangkan untuk mengelola tingkat produktifitas karyawan yang diinginkan. Apabila tingkat kebisingan sudah melampui batas maka beberapa gangguan fisik maupun psikologi karyawan akan terganggu. Hal ini akan menimbulkan akibat kehilangan pendengaran sementara hingga permanen jika tingkat kebisingan yang tinggi terjadi terus menerus. Selain mengakibatkan kelelahan fisik dan mental produktivitas kerjapun akan menurun. Penyakit lainnya yang dapat timbul akibat dari kebisingan yang berlebihan adalah keresahan, gangguan, dan ketegangan dengan meningkatkan tekanan darah serta metabolisme tubuh, dan dalam waktu lama akan menimbulkan masalah penyakit yang lebih serius seperti komplikasi pada tubuh.

Beberapa teknik yang digunakan dalam mengontrol kebisingan di ruang kantor, diantaranya:

  1. Kontruksi yang sesuai jumlah kebisingan pada perkantoran dapat dikontrol dengan menggunakan kontruksi bangunan yang efektif. Terdapat dua suara yang akan merabat di udara, yaitu suara yang merambat melalui udara (disebut suara udara) atau melalui struktur bangunan. Berikut adalah teknik konstruksi yang untuk mengurangi kebisingan yang tidak diinginkan.
  2. Memasang jaringan yang terhubung dengan jaringan utama dari sistem HVAC (sistem pengontrol AC). Hal ini diharapkan akan mengurangi tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
  3. Penggunaan jendela dan pintu yang rapat dan memilki seal yang terbuat dari karet, sehingga suara lebih dapat diredam dan tidak mudah keluar dari ruangan.
  4. Membangun udara diam pada beberapa struktur bangunan, yaitu dengan menempatkan ruang kosong sehingga suara dapat teredam ke dalamnya. Hal ini akan mengurangi jumlah suara yang merambat dari suatu ruangan ke ruangan lain.
  5. Penggunaan material kontruksi yang dapat mengurangi terjadinya getaran suara, seperti penggunaan kayu atau alumunium pada jendela yang lebih empuk dibandingkan baja dan sebagainya.
  6. Penggunaa material peredam suara. Peredaman suara diukur dengan menggunakan NRC, yang kebanyakan materialnya mempunyai ukuran 50 sampai 95. nilai 50 berarti 50 persen suara diredam oleh material tersebut. Untuk tujuan meredam suara, material dengan nilai di bawah 75 kurang efektif. Ada 3 kriteria yang dapat digunakan dalam memilih material yang mampu menghasilkan peredaman suara yang optimal, antara lain :
  7. Peredam yaitu tingkat suara yang dapat diredam oleh material.
  8. Tingkat pemamtulan yang dimiliki material, yaitu suara yang diserap dan dipantulkan kembali ke udara.
  9. Isolasi tingkat material yang dapat menghalangi suara melewati material tersebut. Keseimbangan yang sesuai antara pemantulan dan penyerapan suara dibutuhkan pada ruang kantor tertentu untuk membantu mengurangi keberadaan suara diam pada area kerja. Apabila tingkat kebisingan diprediksikan akan meningkat, peredaman harus ditingkatkan  dan pemantulan dikurangi. Material dengan struktur keras besi, gelas, maupun plastik akan memantulkan sebagian besar sura jika dibandingkan dengan penggunaan material yang berkharakteristik lebih lembut, misalnya kayu.
  10. Alat peredam suara. Beberapa alat peredam suara sering digunakan untuk mengontrol suara perkantoran. Alat peredam suara itu dapat diletakkan pada beberapa mesin di perkantoran. Contohnya mesin tik manual atau printer.
  11. Metode ini melibatkan pencampuran suara kantor dengan suara rendah yang tidak mengganggu. Juga dikenal dengan white noise, masking hamping sama suara yang terdengar ketika suara melewati lorong atau saluran.
  • Udara

Lingkungan fisik kerja dapat dirasakan nyaman jika ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil adalah suhu udara. Suhu udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan menggunakan seluruh kemampuan sehinggan menciptajkan hasil yang optimal.

Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga.Bila sirkulasi udara baik maka udara kotor yang ada dalam ruangan bisa diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar ruangan.

Berbicara tentang kondisi udara maka ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian yaitu kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara.Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas para pekerja.Bagaimana seorang staf administrasi dapat bekerja secara optimal bila keadaan udaranya sangat gerah. Hal tersebut akhirnya dapat menurunkan semangat kerja karena dipengaruhi oleh turunnya konsentrasi dan tingkat stress karyawan. Mengenai kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara dijelaskan oleh Sritomo Wignosubroto (1989:45) sebagai berikut:

  1. Kelembaban

Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan di mana temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran.

  1. Suhu Udara

Tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Produktivitas manusia akan mencapi tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27ºC.

  1. Sirkulasi Udara

Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaam oksigen di dalam udara tersebut telah berkurang dan bercampur gas-gas lainnya yang membahayakan kesehatan tubuh.Hal ini diakibatkan oleh perputaran udara yang tidak normal.

Kotoran udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan. Ini tidak boleh dibiarkan, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan cepat membut tubuh kita lelah. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi cukup akan membantu penggantian udara kotor dengan udara bersih.

Seperti yang diungkapkan oleh Sritomo Wignjosoebroto pengaruh temperatur udara terhadap manusia bisa dilihat di bawah ini:

  • Kurang lebih 49ºC: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30ºC aktiviatas mental dan daya tanggap cenderung membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik dan sebagainya.
  • Kurang dari 30ºC: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan menimbulkan kelelahan fisik
  • Kurang lebih 24ºC: Yaitu kondisi optimum (normal) bagi manusia
  • Kurang dari 24ºC: Kelakuan ekstrim mulai muncul
  • Ruang Gerak

Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan yang bekerja di dalamnya.Barang-barang yang diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap para karyawan.

Jalan yang dipergunakan untuk berjalan para karyawan hendaknya tidak dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya. Dalam ruangan kerja hedaknya ditempatkan tempat sampah sehingga kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga.

Ruang kerja hendaknya di desain sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman bagi para karyawan. Untuk itu ruangan kerja harus ditata mengacu kepada aliran kerja sehingga meningkatkan efesiensi dan memudahkan koordinasi antar para karyawan. Perusahaan yang baik akan selalu menyediakan berbagai sarana yang memadai, hal ini dimaksudkan agar para karyawan merasa senang dan betah di ruangan kerja.

Mengenai ruang gerak yang ideal adalah ruang yang leluasa sehingga dapat membantu kelancaran kerja para karyawan. Ruangan yang sempit akan mengakibatkan lalu-lintas di tempat kerja menjadi semrawut, sehingga karyawan akan kehilangan semangat dalam bekerja. Perusahaan yang memiliki ruang kerja belum tentu mampu meningkatkan gairah para karyawannya, karena tanpa tata ruang yang baik akan menghambat proses kerja.

Sirkulasi sebagai alat mengarahkan dan membimbing jalan dapat diperkuat dengan peletakan pintu-pintu, permainan aspek pembentuk ruang, penyinaran, gambar, warna dan benda di dalam ruang. (Suptandar 114-115) pola sirkulasi terutamaditentukan oleh jalan masuk utama. Kelancaran sirkulasi ditentukan oleh pengelompokan atau organisasi ruang yang benar secara struktural. Fungsi sirkulasi memberikan kelancaran bagi arus karyawan maupun barang. (Ching 1996) .

Besaran sirkulasi jalan untuk tiap orang maksimal 62.5cm (berdasarkan lebar bahu standar pria dewasa) (Neufert 27). Bagaimana dan berapa besaran universal untuk menseting sirkulasi jalan dengan bertitik tolak pada angka di atas.

  • Musik

Musik, salah satu cara untuk mengurangi ketegangan saraf dan kelelahan rohaniah adalah mendengar musik sebagai hiburan. Oleh karena itu pihak manajemen kantor perlu memfasilitasi agar adanya suara musik yang dapat di dengar oleh seluruh karyawan. Dalam kaitan ini, musik yang di sediakan itu adalah musik yang

netral atau yang dapat dipastikan bahwa mayoritas karyawan terhibur. Penyediaan musik ini dapat di atur secara situasional, maksudnya musik dapat disesuaikan dengan waktu-waktu tertentu baik dalam rentang satu hari (musik: pagi, siang, sore, dan malam, dengan lagu yang disesuaikan) maupun rentang waktu musim satu tahun (umpamanya: musik religi pada bulan Ramadhan) atau musik heroik pada hari besar nasional) atau juga background musik yang juga sering disebut intrumentalia. Bagai manapun bentuk musik yang disuguhkan kepada karyawan, yang penting adalah musik yang dapat menambah semangat kerja karyawan.

  • Pemilihan Kelengkapan Lingkungan Fisik Kantor

Karpet

Material karpet merupakan standarisasi dari office building. Demikian yang telah dilontarkan oleh Alexi M. dan Joanna E. dalam bukunya Designing for Tomorrow‟s Workplace, bahwa keistimewaan dari material tersebut dapat dipergunakan sebagai alat absorbsi suara, dapat memberikan suatu warna, serta individualitas dalam ruang. Karpet berkarakter hangat dan tentunya hal tersebut meramahkan lingkungan. Karpet tentu mudah dalam perawatannya, dan ia dapat menangkal aliran elektrikal listrik yang terdapat pada area kerja”. (Alexi and Joanna 190) karena tidak dapat dipungkiri kantor saat ini penuh akan aliran listrik di setiap ruangannya.

Dinding

Kelengkapan berikutnya adalah pemilihan dinding dan warnanya. Jenis dinding dibagi 2 macam, yakni struktural dan non-struktural. Setiap dinding mempunyai tekstur dan karakter masing-masing. Tekstur yang kasar umumnya kurang memantulkan cahaya bagitu pula sebaliknya. Cermin merupakan bahan penutup dinding dengan tekstur halus dan mengkilat dapat memantulkan sinar dengan sempurna, dinding yang berwarna gelap menyerap cahaya, membuat ruang lebih sulit diterangi, dan menimbulkan kesan tertutup, intim. Warna-warna terang dan hangat pada dinding menimbulkan kesan hangat, sedangkan warna-warna terang dan dingin meningkatkan kesan besarnya ruang. (Ching 185)

Pada umumnya, dinding ruang dalam perkantoran merupakan nonstructural wall(partisi). Pemasangannya pun dapat movable maupun tidak tergantung dari kebutuhan ruangnya.

Dinding dapat menghambat komunikasi. Dimana suatu ruang sedikit membutuhkan komunikasi atau suatu ruang dimungkinkan syarat akan merusak privasi atau melemahkan konsentrasi, maka ruang tersebut akan dibuat menjadi single-person office. (Alexi and Joanna 109) .

Itu sebabnya maka pada ruang yang syarat akan privasitas, peranan dinding sangat dibutuhkan, terutama dinding yang dapat mengisolasi suara seperti partisi gypsum. Dinding membagi: lantai dan langit-langit yang tersembunyi hal ini merupakan nyanyian untuk kebanyakan ruang kantor.

Pemikiran yang cermat harus diberikan pada detail desain dimana muncul layanan-layanan tersembunyi. Outlet, saklar, control, sensor, alat pemanggang, elemen pemanas, atau elemen pendingin dan fitting pencahayaan–terminal layanan–merupakan ujung yang nampak dari pipa dan kabel-kabel yang tersembunyi. Lantai, dinding, dan langit-langit harus sesuai dengan jaringan perencanaan, yang ditetapkan dengan: modul perencanaan yang efisien untuk sistem kerja dan ruang-ruang jarak kolom dan jendela dari kerangka bangunan ukuran komponen sistem lantai, dinding, dan langit-langit

Plafon

Dalam ruang komersial, sistem langit-langit gantung dengan modul sering digunakan untuk mengintegrasikan dan menyediakan fleksibilitas dalam tata letak peralatan lampu dan lubang-lubang distribusi udara. Sistem biasanya terdiri dari unit-unit modul langit-langit, yang disangga oleh grid metal yang digantung dari struktur diatasnya. Unit-unit tersebut biasanya dapat dibuka sebagai akses memasuki ruang langit-langit. (Ching 197) .

Ruang perkantoran pada umunya memakai material gipsum untuk langit-langit. Hal di atas dikarenakan oleh karakteristik material gipsum atau gips yang dapat mengisolasi suara, sehingga ruang dalam tidak terganggu oleh kebisingan di lingkungan luarnya. Papan gips dapat dipasang dari atas rangka atau rangka pengikat kayu atau logam. Untuk meningkatkan isolasi akustik dan lebih tahan api, dapat digunakan konstruksi papan gips dua lapis. (Ching 190).

  • Unsur-unsur Pelengkap Ruang

Pintu

Pintu mungkin padat atau terbuat dari kerangka kayu, kaca, atau besi. Mungkin merupakan pintu standard atau khusus, atau sebagai bagian dari sistem. Melihat panel-panel merupakan kewajiban pada rute-rute jalan keluar; mungkin juga merupakan kebijakan perusahaan untuk memperbolehkan penengokan terbatas pada setiap ruang. Kaca yang diperkuat atau dipertebal seharusnya digunakan untuk menahan dampak,dengan kaca kabel yang diberi kabel atau kaca tahan panas lain yang memberi rating kebakaran jika diperlukan.

Jendela

Fungsi dan menariknya jendela bisa diubah secara cukup radikal melalui perlakuan yang cermat. Siang hari dapat dikendalikan dan penampilan mereka dapat diperhalus dengan tirai atau gorden.

Gorden normalnya hanya ditemukan di kantor-kantor eksekutif atas dan ruang-ruang dewan. Kain untuk gorden harus sesuai dengan peraturan kebakaran. Karena pada prinsipnya harus dapat memperlambat penyebaran api.

Peralatan

Merupakan peralatan yang penting tetapi mereka juga berperan dalam menggambarkan organisai mungkin status pekerjaannya. Kekuasaan, ketenangan dalam bergerak dan kecakapan membuat perabot dan perlengkapan untuk digunakan dalam berbagi kebutuhan. Persyaratan ergonomis, untuk kenyamanan dan keselamatan kerja diutamakan.

Penyimpanan

Lemari, kabinet atau rak penyimpanan mungkin dibangun dalam dinding tetap, menjadi bagian dari sistem pembagian yang dibuat sebelumnya atau berdiri sendiri.Yang manapun, memungkinkan untuk membentuk dinding visual (bahkan systempenyimpanan terintegrasi seringkali disebut “lemari besar”).

Penyimpanan built-in selalu lebih murah dari pada yang berdiri sendiri, dan bisa dibuat lebih kuat dan aman, namun hal ini kurang fleksibel. Normalnya ini merupakan bagian dari kontrak fit-out, sedangkan penyimpanan berdiri sendiri dipilih bersamafurniture.

Panel-panel datar mungkin berbentuk kotak atau persegi panjang, dengan jaringan penskorsan baik bagian dari desain maupun tersembunyi. Jarak penyerapan akustik dari sempurna sampai masuk akal. Daya tahan kebakaran dan kelembapan, dan kekuatan dari penanganan diperlukan penampilan yang terkait panas atau api.

Potongan-potongan linier atau logam, dengan potongan yang dipotong pada suatu sistem counter-battens. Mereka bisa memberi arah elegan pada suatu ruang, tapi bisa sulit untuk menggabungkan outlet-outlet servis, dan penampilan akustik mereka mungkin tidak baik daripada panel-panel datar.

Langit-langit yang diplester bisa mengambil bentuk-bentuk yang lebih menarik daripada langit-langit modular. Mereka baik untuk penghambatan kebakaran dan bunyi, tapi penyerapan akustiknya rendah pada akses pada saluran langit-langit untuk pemeliharaan service bisa sulit dilakukan. Mereka selalu murah dan membutuhkan sedikit pemeliharaan.

Aksesoris

Keranjang-keranjang sampah kertas dan kerapian meja adalah faktor-faktor yang bisa mempengaruhi penataan ruang yang telah diatur.

  1. Kesimpulan

Untuk memfasilitasi karyawan agar dapat berkerja secara efektif dan efisien, pihak manajemen perlu menata ruang kantor sebaik mungkin dengan berlandaskan pada Azas-azas tata ruang kantor, prinsip-prinsip menata ruang kantor, dan pedoman menata ruang

kantor. Di samping itu faktor kondisi lingkungan fisik kantor juga perlu di tata, karena secara psikologis lingkungan fisik kantor dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Sebagai suatu standar ukuran apakah sebuahvkantor telah menata kantornya dengan baik atau belum, dapat dilihat dari tercapai atau tidak tujuan penataan ruang kerja yaitu: Rangkaian aktivitas tatausaha dapat mengalir secara lancar. Segenap ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan. Kesehatan dan kepuasan bekerja para pegawai dapat terpelihara. Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan. Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi itu, dan susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai Dengan demikian tugas manajemen adalah melihat tercapai tidak tujuan ini, bila tidak maka perlu menata ulang ruang kantor yang digunakan para karyawan.

Daftar Pustaka

Chaniago, H. (2013). Arsip. In H. Chaniago, Manajemen Kantor Kontemporer (pp. 142-168). Kabupaten Bandung Barat: Akbar Limas Perkasa.

Gie, T. L. (2007). Administrasi Perkantoran Modern – (Edisi Keempat (Dengan Tambahan). Yogyakarta: Liberty.

Harsono. (2005). Administrasi Perkantoran 1. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.

Harsono. (2005). Administrasi Perkantoran 2. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.

Nuraida, I. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.

Nurdiah, E. A., Dinapradipta, A., & Antaryama, I. N. (2007). Pengaruh Lingkungan Penerangan Terhadap Kualitas Ruang Pada Dua Tipe Ruang Kantor. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana VII, (pp. 1-6). Surabaya.

Quible, Z. K. (2001). Administrative Office Management an Introduction – (Seventh Edition). New Jersey: Prentice Hall.

Sayuti, A. J. (2011). Penataan Ruang Kantor Untuk MemperlancarAktifitas Kerja Karyawan. Ilmiah Vol IV No.1, 21-28.

Sukoco , B. M. (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.

Ulfah , F., & Raharjo, S. T. (2013). Analisis Pengaruh Implementasi Manajemen Kualitas Terhadap Kinerja Organisasi Pada Usaha Kecil Menengah di Kota Salatiga. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, 22-37.

Yulinda, & Hariyanti, S. W. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pegawai Pada Pegawai Dinas Luar Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Setiabudi Medan. Manajemen Bisnis, 25-21.

Download File Analisis Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kondisi Kantor

Person-Job Fit

Menurut Sasmita Rosari (2009), Teori Person-Job Fit didasari dari kepribadian karyawan dengan pekerjaannya. Ketika kepribadian karyawan dengan pekerjaan sejalan maka kepuasan dari karyawan akan meningkat dengan sendirinya. Artinya seseorang akan lebih memahami makna dari pekerjaannya sehingga dapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya di dalam dunia kerja.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian kepuasan kerja, berikut dikemukakan beberapa definisi kepuasan kerja menurut beberapa ahli, antara lain :
Menurut Robbins (2006:103), menyatakan bahwa :
“Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan karyawan, merupakan sikap umum yang dimiliki oleh karyawan yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan”.

Dalam hal ini karyawan merasakan rasa puas dan cinta terhadap pekerjaan yang ia miliki dan ia kerjakan sekarang tanpa merasa terbebani secara berlebihan atas pekerjaan yang ia kerjakan kesehariannya. Menurut teori person-job-fit, adanya kesesuaian antara karakteristik tugas pekerjaan dengan kebutuhan individu untuk melaksanakan tugas tersebut, akan memperkuat keikatan pegawai pada kerja, yaitu pegawai akan lebih komitmen terhadap pekerjaan (Allen dan Meyer, 1997 dalam Ozag dan Duguma, 2005).
Kenyamanan pekerja akan memberikan rasa puas akan hasil yang didapatkan seorang individu setelah melakukan pekerjaannya. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kepuasan kerja karyawan adalah adanya pemenuhan kebutuhan yang berarti bahwa pekerjaan memberikan kesempatan pada seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Perbedaan yang berarti bahwa pemenuhan kepuasan menunjukan perbedaan yang diharapkan dan yang diperoleh dari pekerjaannya. Seseorang merasa puas jika mendapatkan manfaat dari harapan tersebut. Pencapaian nilai akan memberikan kepuasan bagi pekerja karena telah memberikan tingkatan nilai kerja seseorang yang sangat penting bagi individu masing-masing.
Kenyamanan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor kenyamanan seorang individu tersebut terhadap budaya kerja yang ada di dalam suatu perusahaa. Budaya kerja tersebut adalah lingkungan kerja yang baik dan kondusif yang diciptakan karyawan sehingga memberikan rasa nyaman dalam berkomunikasi pada setiap bagian perusahaan. Peningkatan hubungan antar karyawan-pun akan memberikan kepuasan pada sistem kerja yang dijalankan sehingga karyawan mampu untuk mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang ada.
Kenyamanan dari pekerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja serta pelayanan mereka terhadap konsumen yang dapat meningkatkan nilai perusahaan serta nilai pekerja itu sendiri secara individu.
Apabila seseorang merasa nyaman dalam melakukan pekerjaanya tanpa beban yang berlebihan maka akan timbul kepuasan dari hasil kerja yang ia dapat. Kepuasan tersebut menghasilkan kinerja yang baik bagi perusahaan sehingga perusahaan memberikan pelayanan kepada konsumen dengan baik dan timbal baliknya perusahaan akan meningkatkan produktivitas dan akan berdampak baik bagi perusahaan tersebut. Inilah mengapa Person-Job Fit dibutuhkan karena pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan karyawan akan diberikan kepuasan oleh perusahaan sehingga menghasilkan kenyamana dalam bekerja.

Literasi Informasi

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, diikuti ledakan informasi mengakibatkan setiap orang yang ada di dunia ini dapat menerima informasi dari siapapun, di manapun, tanpa batasan dari waktu dan tempat. Sayangnya karena keterbatasan penyaring atau filter dalam penyediaan informasi tersebut sehingga orang-orang harus mampu dan perlu dalam mengevaluasi kembali informasi yang di terima agar memenuhi kebutuhan infomasi secara tepat sesuai dengan penggunaannya. Oleh karena itu kemampuan Literasi informasi atau Information Literacy dibutuhkan oleh pengguna informasi untuk mencapai tujuan mendapatkan pemahaman atas informasi yang didapat secara lebih tepat
Literasi adalah kemampuan dalam membaca dan menulis, atau pada dasarkan kemampuan dasar dalam mengenal huruf/aksara. Namun seiring perkembangan waktu, saat ini Literasi mempunyai arti yang lebih luas atau multi literacy. Sesorang dikatakan paham akan literasi jika ia bisa memahami sesuatu karena membaca suatu informasi yang dibaca secara tepat serta mendalam dan melakukan kegiatan terhadap pemahaman dari isi bacaan tersebut.
Hartono (1990) mengungkapakan bahwa informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh organisasi sehingga jika suatu system kurang mendapatkan informasi maka akan menjadi luruh, kerdil dan akhirnya mati. Informasi merupakan sesuatu yang sungguh ada dan nyata yang bertujuan memberikan sebuah sumber bagi penggunanya untuk mendeskripsikan suatu hal yang lebih mendalam mengenai sesuatu yang kita ingin ketahui.
Konsep literasi informasi itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Paul Zurkowski, Presiden Information Industry Association of United State. Dalam proposalnya  National Commision on Libraries and Information Science (NCIS) di Amerika Serikat pada 1974.  Paul menyatakan bahwa seseorang yang terlatih menggunakan sumber-sumber informasi karena mereka telah belajar teknik menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang yang melek informasi.
Information literacy dapat berarti “Knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner.” Atau dapat diartikan serangkaian keterampilan atau kemampuan  untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, menyusun, menciptakan, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang lain untuk menyelesaikan dan mencari jalan keluar dari suatu masalah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Information Literacy atau Literasi Informasi adalah keterampilan agar paham, sadar, mengerti, atau melek untuk menyadari kapan suatu informasi dibutuhkan sehingga menempatkan dan mengevauasi informasi secara efektif dan efisien dalam pemecahan suatu masalah. Atau Literasi informasi adalah knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner. Sehingga orang yang memiliki kemampuan literasi informasi mengetahui kapan dan mengapa membutuhkan informasi, lalu tahu bagaimana dan dimana mendapatkan informasi tersebut, mampu mengevaluasi apakah informasi yang didapatkan tepat, dan akhirnya dapat menggunakan dan mempresentasikan dengan benar.

Referensi     :
Noor Fitrihana,. Teknik Browsing yang Efektif untuk Literasi Informasi di
Internet. Program Studi Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta. pp. 1-12.
C.T.S., Puri & A.A.C.Z., Jeint Sainttyau. Kemampuan Ber-Literasi Informasi
Dalam Era Informasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. pp., 2011.

Peranan Lembaga Peradilan

Ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang no.4 tahun 2004. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan. Menegakan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila demi terselenggaranya Negara hukum Republik Indonesia.

Kekuasaan kehakiman pada hakikatnya adalah bebas dari intervensi pengaruh pihak lain atau lembaga lain (independen). Peranan pokok kekuasaan kehakiman adalah menerima, memeriksa, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan. Dalam mengadili dan menyelesaikan setiap perkara, kekuasaan kehakiman harus bebas, yaitu bebas untuk mengadili dan bebas dari pengaruh siapapun.

Lembaga peradilan di seluruh Republik Indonesia adalah peradilan Negara yang ditetapkan dengan undang-undang. Hal ini menunjukan bahwa selain peradilan Negara, tidak diperbolehkan ada peradilan-peradilan yang bukan dilakukan oleh badan peradilan Negara. Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap putusan pengadilan menghasilkan keputusan akhir. Dalam hal ini, setiap putusan pengadilan harus dapat diterima dan dilaksanakan untuk member kekuatan pelaksanaan keputusan.

Proses peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biayanya ringan. Peradilan sederhana untuk dipahami dan tidak berbelit-belit. Cepat berarti tidak berlarut-larut proses penyelesaiannya. Pengadilan dengan biaya ringan tidak membebaskan kepada pihak-pihak yang berperkara. Continue reading

Pengiriman TKI dan TKW sebagai Sumber Devisa Negara

Selain berbagai keuntungan, tidak sedikit pula kerugian akibat bekerja di luar negeri. Dari sisi finansial (keuangan), biaya bekerja di luar negeri, jika dihitung dengan teliti, lebih tinggi dari yang dibayangkan. Banyak biaya yang keluar justru bukan yang diperhitungkan semula, seperti biaya perjalanan, pembuatan passport dan dokumen-dokumen lainnya. Karena itu banyak calon TKI/W terpaksa hutang ke sana ke mari agar cepat berangkat. Dan sebagai akibatnya banyak di antara mereka yang terjerat hutang kepada agen. Jeratan hutang ini berpotensi menggebiri hak-hak TKI/TKW akan upah yang layak

Dari sisi sosial, bekerja di luar negeri dapat menyebabkan keretakan perkawinan. Meski belum ada data penelitian, tetapi tidak sedikit perkawinan buruh TKI/W retak, entah karena suami yang tidak tahan ditinggal lama istri, atau karena istri yang menyeleweng. Atau bahkan karena pengaruh keluarga kedua belah pihak. Sementara itu perpisahan anak dengan ibunya dapat mengakibatkan prestasi anak di sekolah menurun. Pemeliharaan dan pendidikan anak di rumah pun kurang berlangsung dengan baik.

Sedang bagi pribadi TKI/W, diantara kerugian yang dapat menimpa adalah stress jauh dari keluarga. Bagi yang bekerja di rumah tangga sering kali mengalami kesepian. Selain itu, TKI/TKW sangat rentan diperlakukan secara tidak adil. Hasil temuan dari bebagai organisasi yang peduli dengan persolan TKI/TKW menyatakan bahwa ada 195 kasus yang dialami TKW di luar negeri. Padahal temuan ini hanya meliputi 3 desa saja, Gintung Ranjeng, Kalisapu dan Serang Wetan. Kasus yang paling banyak terjadi adalah tidak gaji (45 kasus). Sedangkan pemerkosaan dan pelecehan seksual menempati urutan kedua (29 kasus). Ini belum menghitung kasus-kasus di wilayah Cirebon lainnya, seperti di kecamatan Kaliwedi yang juga daerah dengan banyak sekali TKI/TKW. Continue reading

Puja Mandala Pemersatu Antar Umat Beragama

ImageAwalnya pada 1990an warga Islam di daerah Nusa Dua mengalami kesulitan dalam beribadah shalat Jum’at. Masjid terbesar dan terdekat dari wilayah Nusa Dua ketika itu berada di Kuta sekitar 30-45 menit dengan mobil. Hal tersebut sangat tidak efisien untuk mereka yang harus kembali bekerja sesudah shalat Jumat. Untuk itu MUI Bali dan Yayasan Ibnu Batutah mengusulkan pendirian Masjid kepada pemerintah. Namun pendirian Masjid terhalang oleh SKB 2 Menteri yang mensyaratkan pendirian rumah ibadah dengan 500 warga pemohon beragama Islam yang tinggal di lokasi. Ketika permasalahan ini sampai ke pemerintah pusat, maka atas saran Joop Ave kepada Presiden Soeharto, berdirilah satu komplek rumah ibadah yang menampilkan kehidupan beragama umat Indonesia yang dinamakan Puja Mandala.

Puja Mandala Nusa Dua mulai dibangun tahun 1994 atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism Development Centre) yang memberikan bantuan lahan seluas 2 hektar untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut. Lahan itu dibagi sama besar dan luasnya. Pendirian bangunan diserahkan sepenuhnya pada umat masing-masing agama, dengan aturan pendirian bangunan tersebut harus sama tingginya. Puja Mandala Nusa Dua secara resmi disahkan pada tahun 1997 oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi Taher. Saat itu hanya Gereja Bunda Maria Segala Bangsa (Katholik), Jemaat Bukit Doa (Protestan) dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai pembangunannya. Sedangkan, Wihara Budhina Guna (Budha) baru selesai pembangunannya pada tahun 2003. Continue reading